Lihat ke Halaman Asli

JOHRIANSYAH

Kritikus Muda

Politikus Opurtunis? Udah Gak Zaman!

Diperbarui: 27 Agustus 2024   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Ilustrasi Politik Dinasi/ https://arsip.jubi.id/

Dalam lanskap politik yang semakin dinamis dan transparan, perilaku oportunis para politisi menjadi sorotan tajam publik. Dulu, mungkin manuver politik yang penuh perhitungan demi kepentingan pribadi dianggap lumrah. Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran politik masyarakat dan derasnya arus informasi, perilaku semacam ini semakin sulit disembunyikan. 

Masyarakat saat ini memiliki ekspektasi yang jauh lebih tinggi terhadap para pemimpinnya. Mereka menginginkan sosok yang memiliki integritas, komitmen terhadap kepentingan publik, dan visi yang jelas untuk masa depan bangsa. Peluang politik yang hanya mengejar kekuasaan dan kepentingan pribadi jelas tidak sesuai dengan harapan tersebut.

  • Efek Media Sosial: Media sosial telah mengubah cara kita mengonsumsi informasi dan berinteraksi dengan politik. Setiap tindakan dan ucapan politisi dapat dengan mudah disebarluaskan dan dikritik oleh masyarakat. Hal ini membuat para politisi semakin sulit untuk menyembunyikan agenda tersembunyi mereka.
  • Generasi Muda sebagai Agen Perubahan: Generasi muda saat ini semakin aktif dalam politik dan memiliki kesadaran kritis yang tinggi. Mereka tidak mudah terpengaruh oleh janji-janji manis para politisi dan lebih memilih pemimpin yang memiliki rekam jejak yang baik dan konsisten.
  • Investigasi Politik: Perilaku oportunis tidak hanya merugikan masyarakat, tetapi juga dapat berdampak buruk bagi karir politik seseorang. Pemilih yang cerdas akan memilih pemimpin yang dapat dipercaya dan tidak akan ditipu oleh iming-iming suatu saat.

Perilaku Politikus Oportunis: Perbandingan Masa Lalu dan Sekarang

Oportunisme dalam politik bukanlah fenomena baru. Sejak zaman dahulu, para politisi akhirnya memanfaatkan situasi untuk meraih keuntungan pribadi atau kelompoknya. Namun dinamika politik yang terus berubah, terutama dengan adanya media sosial dan globalisasi, telah mengubah cara para oportunis beroperasi.

Perilaku Politikus Oportunis di Masa Lalu

  • Orientasi Lokal: Peluang di masa lalu cenderung lebih fokus pada kepentingan lokal atau regional. Mereka memanfaatkan konflik antar kelompok atau wilayah untuk merebut kekuasaan.
  • Ketergantungan pada Patron: Banyak peluang politikus di masa lalu yang bergantung pada patron atau tokoh yang lebih kuat untuk mendapatkan dukungan.
  • Metode Tradisional: Mereka menggunakan metode tradisional seperti suap, intimidasi, atau janji-janji manis untuk menarik simpati masyarakat.

Perilaku Politikus Oportunis di Masa Kini

  • Orientasi Nasional dan Global: Oportunis masa kini memiliki jangkauan yang lebih luas. Mereka tidak hanya memanfaatkan situasi lokal, tetapi juga isu-isu nasional dan bahkan internasional untuk meraih popularitas.
  • Manajemen Citra: Dengan adanya media sosial, politikus oportunis lebih fokus pada manajemen citra. Mereka berusaha menciptakan citra yang positif di mata publik, meski tidak sesuai dengan kenyataan.
  • Populisme: Banyak politikus oportunis yang menggunakan pendekatan populis dengan menjanjikan hal-hal yang tidak realistis untuk menarik simpati masyarakat.
  • Identitas Politik: Mereka seringkali memanfaatkan isu-isu identitas seperti agama, suku, atau ras untuk memecah dan meraih dukungan.
  • Disinformasi: Penyebaran disinformasi dan hoaks menjadi alat yang efektif bagi politikus oportunis untuk memanipulasi opini publik.

Perbandingan dan Tren

  • Teknologi: Penggunaan teknologi seperti media sosial dan big data telah mengubah cara politikus menjalankan peluang. Mereka dapat membidik pesan politik secara lebih spesifik dan efektif.
  • Globalisasi: Isu-isu global seperti perubahan iklim, pandemi, dan ketidaksetaraan semakin mempengaruhi politik dalam negeri. Para oportunis seringkali memanfaatkan isu-isu global ini untuk meraih keuntungan politik.
  • Polarisasi: Politik saat ini semakin terpolarisasi. Peluang seringkali memperkeruh suasana dengan menyebarkan kebencian dan perpecahan.

Implikasi bagi Demokrasi

Oportunisme politik yang semakin canggih dan kompleks mengancam stabilitas demokrasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Erosi Kepercayaan Publik: Tindakan oportunis dapat merusak kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara dan para pemimpin politik.
  • Polarisasi Politik: Oportunisme dapat memperparah polarisasi politik dan menghambat dialog serta kerja sama.
  • Menurun Kualitas Demokrasi: Keputusan politik yang diambil berdasarkan kepentingan jangka pendek dan manipulasi opini publik dapat menurunkan kualitas demokrasi.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak, termasuk:

  • Penguatan Pendidikan Politik: Masyarakat perlu diberikan pendidikan politik yang memadai agar dapat berpikir kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda.
  • Reformasi Media: Massa media perlu berperan lebih aktif dalam mengawasi kinerja para politikus dan memberikan informasi yang akurat kepada publik.
  • Penguatan Lembaga Demokrasi: Lembaga-lembaga demokrasi seperti partai politik, parlemen, dan lembaga peradilan perlu terus diperbaiki agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif.
  • Partisipasi Masyarakat: Masyarakat perlu lebih aktif dalam mengawasi pemerintah dan memberikan masukan terhadap kebijakan publik.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline