Pandemi COVID-19 telah berlangsung selama satu tahun yang membuat perubahan cukup signifikan terhadap segala aspek kehidupan yang tak terkecuali pendidikan. Dengan urgensitas pemutusan mata rantai COVID-19, Mendikbud mengeluarkan Surat Edaran No. 3 untuk memberlakukan program study from home dimana peserta didik diminta belajar secara daring dari rumah agar diharapkan pendidikan tetap bisa tersalurkan dan peserta didik tetap aman dari ancaman COVID-19.
Pemberlakuan ini berlaku mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pada awalnya, kebijakan ini mengalami banyak pertententangan terutama dari mahasiswa karena dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan belajar yang dibutuhkan, menyebabkan penurunan nilai, hingga merasa tidak semua mata kuliah dapat diterapkan secara daring (Anggraeni, Angelina, Dwijayati, 2019).
Satu tahun merupakan waktu yang cukup lama untuk mengevaluasi dan memperbaiki kebijakan ini. Lantas seperti apakah study from home setelah satu tahun berlalu? Apakah mahasiswa mampu memahami materi selama satu tahun ini?
Berdasarkan survei yang dilakukan kepada 430 responden dari yang diambil dari mahasiswa/i universitas swasta di DKI Jakarta, mayoritas responden menyatakan setuju apabila kebijakan study from home sudah berjalan dengan efektif. Para responden juga menyatakan setuju bahwa mereka mengalami peningkatan nilai selama study from home.
Adanya peningkatan nilai menunjukkan telah terjadinya proses pemahaman yang baik. Untuk mengetahui tingkat pemahaman mereka, digunakanlah indikator tujuh proses pemahaman dari revisi taksonomi bloom berupa menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
Dari ketujuh indikator ini, para responden setuju bahwa mereka bisa melaluinya lebih baik sehingga bisa disimpulkan, setelah satu tahun lamanya, tingkat pemahaman materi oleh mahasiswa selama study from home sudah baik. Adapun hal-hal yang mempengaruhinya berupa dukungan seperti orang tua dan teman, fasilitas kampus, pemberian file materi yang lengkap, dan waktu yang lebih fleksibel.
Sedangkan adapun hal-hal yang menghambat yang dikeluhkan oleh mahasiswa adalah sinyal dan gadget yang kurang memadai, interaksi dan komunikasi antara dosen dengan mahasiswa dan antar mahasiswa yang masih kurang, pemberian tugas berlebihan, berbagai distraksi pemecah konsentrasi, dan kondisi fisik yang kurang mendukung juga mempengaruhi tingkat pemahaman materi responden dalam program study from home.
Walaupun mahasiswa mulai terbiasa dan mampu memahami materi dengan baik, namun mahasiswa tetap mengharapkan adanya perubahan seperti pengurangan beban tugas, peningkatan keefektifan pelaksanaan program study from home (ketepatan waktu, metode belajar yang lebih menarik, dan penyampaian materi yang lebih jelas), dan mulai dilaksanakan pembelajaran hybrid jika memungkinkan.
Pemerintah sebagai pihak penentu kebijakan haruslah peka terhadap kondisi yang dialami oleh mahasiswa sembari menimbang kemungkinan dari faktor keamanan kesehatan karena dalam hal ini pemerintah sedang berhadapan dengan generasi penerus bangsa yang akan meneruskan perjuangan negara ini.
Author: Johnson Ferry Febrian, Martin Stephen Esra, Pricilia Fedora Faustine, Reyhan Omar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H