Lihat ke Halaman Asli

BALI METRO, Solusi Transportasi Publik Denpasar dan Kuta

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13770754381305634081

[caption id="attachment_260828" align="aligncenter" width="1024" caption="Bali Metro"][/caption]

Om Swatyastu.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, Bali merupakan salah satu pulau terindah di dunia.

Sebagian besar orang dari pelosok dunia sudah menganggap Bali sebagai rumah keduanya. Sumber dari BPS menyebutkan jumlah wisatawan mancanegara selama Tahun 2012 adalah lebih dari 3jt orang dan akan selalu ada kecenderungan meningkat pada tahun-tahun berikutnya.

Bule Australia, Russia, Eropa, turis Jepang  sering kita temukan beberapa diantaranya sengaja  secara periodik datang ke Bali, paling tidak dalam setahun seperti ada keharusan setidaknya mengunjungi Bali, lagi dan lagi.

==

Saya sempat bertemu dengan salah satu turis, yang sedang berkonsultasi di Kantor Imigrasi Ngurah Rai karena beberapa hari ke berikutnya visa On Arrival –(beserta perpanjangan yang kesekian kalinya) milik dia sudah akan berakhir. Pihak Imigrasi tidak bisa memberikan visa lagi karena sudah melampaui limit yang ditetapkan. Pada akhirnya pihak imigrasi menyarankan solusi alternatif agar si bule itu pergi ke Singapore sehari, dan kembali lagi ke Bali keesokan harinya untuk mendapatkan cap visa on arrival baru (fresh) lagi. Hehehehe…

==

Begitulah salah satu contoh sederhana betapa Bali begitu dicintai bukan hanya oleh warga balinya sendiri, namun sudah dicintai warga dunia. Dan di sini kita bisa simpulkan bersama bahwa Pulau Bali sudah terlanjur “dimiliki” dunia.

Kita, sebagai tuan rumah harus sudah memulai perancangan infrastruktur modern sebagai image kota internasional. Sudah menjadi rahasia umum saat ini kondisi lalu lintas di Kuta, dan beberapa penjuru Denpasar saudah sangat memprihatinkan, sudah dirasakan kemacetan yang semakin parah. Under Pass Dewa Ruci yang digadang gadang memberikan solusi simpul kemacetan Simpang Siur ternyata Cuma memindahkan kemacetan ke titik titik lain di sekitarnya. “The real  problem has not been resolved”. Jalanan  Bali yang sebagian besar sempit menimbulkan kemacetan yang luar biasa karena hampir seluruh penduduknya menggunakan kendaraan pribadi. Bali harus menjadi kota berkelas dunia, sudah saatnya Bali memiliki Mass Rapid Transport System, agar cocok dengan image Bali di dunia modern.

Angkutan Massal  yang saling terintegrasi ini bisa dirancang dengan varian moda  yang berbeda beda di setiap koridornya . Paling umum adalah yang bisa kita lakukan adalah menggunakan sistem kereta listrik ber rel ganda konvensional, seperti halnya yang sudah berjalan di Pulau Jawa dan Sumatera. Dipadu dengan Tram untuk angkutan jarak pendek seperti area Legian Kuta dan Sanur.Bisa dipadu juga dengan sistem Monorail untuk melalui kawasan padat seperti Denpasar. Dan jika ketiganya sudah dirasa tidak memungkinkan, baru dibeberapa titik terpadat kereta harus masuk ke tanah (subway) cocok untuk area Kuta dan Nusa Dua yang sudah cukup padat.

Seperti yang bisa kita lihat pada ilustrasi 01 di atas,

Koridor 1: City Line akan menghubungkan sumbu keramaian dari kota Denpasar hingga Kuta secara langsung. Menghubungkan antara pusat kota Denpasar di area Jl. Gajah Mada langsung ke Bandara Ngurah Rai dan berlanjut ke Benoa Square.

Koridor 2: Jalur Pantai Barat, akan menghubungkan Uluwatu hingga Tanah Lot menyisir pantai dan berhenti di seluruh titik titik penting yang dilaluinya. Tanah Lot sendiri merupakan titik akhir sementara sebelum di masa depan akan dirancang High Speed Train menuju Surabaya yang melintasi selat Bali.

Koridor 3: adalah jalur Tengah, merupakan koridor terpanjang  yang menghubungkan antara Ubung dengan Padangbay. Jalur ini tepat melewati Central Parking. Central Parking sendiri di masa yang akan datang harus dirancang sebagai depo kereta, pusat stasiun kereta seluruh Bali. Central Parking merupakan titik yang cocok menjadi  Grand Central Railway Stationnya Bali.

Koridor 4: jalur ini merupakan Jalur Utara, menghubungkan Pelabuhan Benoa melalui Sanur, menuju Sukawati dan berakhir di Ubud. Jalur ini sebagai satu langkah solusi untuk menyatukan Ubud dalam jangkauan yang lebih cepat dan dekat.

Koridor 5: koridor lingkar kota, menghubungkan Bandara Ngurah Rai dan Nusa Dua, merupakan jalur lingkar yang harus dipertimbangkan untuk dibangun paling akhir. Jalur ini merupakan koridor termahal karena melalui titik titik terpadat, sehingga membutuhkan sistem underground (subway) terpanjang.

--

Berikut beberapa benefit yang akan kita rasakan setelah MRT di Bali aktif:

  1. Mengurangi kemacetan, efisiensi bahan bakar, mewujudkan lingkungan yang hijau, sehat, dan sustainable.
  2. Menggenerate / memacu daerah daerah wisata baru yang belum begitu dikenal sebelumnya, semakin cepat dan mudah aksesnya, semakin banyak wisatawan yang akan ke sana.
  3. Upgrade infrastruktur, menjadikan Bali “naik kelas” setara dengan kota kota internasional di dunia lainnya.

BALI METRO akan berperan sebagai pioneer cara berpindah masyarakat yang lebih cepat, lebih nyaman dan efisien. Masyarakat Bali adalah masyarakat modern yang peka dan fleksibel dengan perkembangan jaman.  Dibalik tradisi yang masih dilestarikan dan dijunjung tinggi , Bali sangat menghendaki kehadiran infrastruktur modern yang sudah mendesak. Monorail, KRL dan High Speed Rail adalah kebutuhan yang  sudah tidak bisa ditunda lagi, inevitable , harus segera direncanakan, dirancang dan diwujudkan dalam waktu dekat.

Anggaran dan Tahapan pembangunan.

Segala proyek transportasi Massal di kota manapun di seluruh dunia tentu dibangun secara bertahap satu demi satu per koridornya. Mari kita dalami sejenak beberapa data berikut:  Saat ini nilai APBD Propinsi Bali adalah sekitar 2.8-3T per tahun [1]. Sedangkan biaya pembuatan rel kereta api konvensional tiap km nya adalah sekitar 20M [2]. Biaya konstruksi monorail tiap kmnya sebesar 245M, Dan yang termahal adalah biaya konstruksi sistem kereta api bawah tanah (subway ) yaitu sebesar 1T/km [3].

Lalu bagaimana cara kita mewujudkan proyek ini?

Berikut beberapa opsi metode yang bisa dikaji oleh Pemprov Bali:

  1. 1. Menggandeng perusahaan swasta, menyerahkan satu koridor/jalur secara penuh kepada pihak investor. Jalur akan dikembalikan ke Pemprov Bali dalam tempo 10 Tahun.

Siapa investor yang mau? Karena Bali sudah menjadi “milik” dunia. Saya rasa jika tagline yang dijual adalah “Pulau Bali” investor akan datang dengan sendirinya dari seluruh belahan penjuru dunia.

  1. 2. Tetap membangun salah satu koridor utama sendiri secara mandiri, dengan biaya APBD dan tambahan suntikan dana dari pemerintah pusat, namun kemungkinan besar  jika metode ini yang diambil, akan membutuhkan periode konstruksi yang lebih panjang. 3. 

Share Revenue/Patungan/ Sistem Bagi Hasil baik biaya pembangunan maupun hasil pengoperasian keretanya antara Pemprov dan Swasta.

--

Jadi bagaimana menurut anda, apakah benar jika Pulau Bali harus kita perjuangkan bersama agar segera naik kelas?  Atau bagaimana? kira-kira apa yang akan terjadi 5 - 10 tahun lagi jika seandainya kita biarkan saja seperti hari ini keadaan lalu lintas dan fasilitas transportasinya.

Kunci pokok pentingnya cuma satu: jika rakyat mendukung penuh, tentu saja pemerintah akan berusaha untuk segera mewujudkannya.

BERSAMBUNG

---

Sumber : [1] [2] [3]

Related Post:

Mengubah Pola Pikir Cara Bertransportasi

Malioboro Tram

-----------------------------------------

John Simon Wijaya © 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline