Lihat ke Halaman Asli

Makna Nyepi Bagi Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13960817271612310008

[caption id="attachment_301090" align="aligncenter" width="300" caption="Ogoh-ogoh Festival, photo: I Putu Sudana Arta"][/caption]

Hari Raya Nyepi adalah bentuk perayaan untuk menyongsong Tahun Baru Saka, yang kebetulan untuk tahun 2014 ini bertepatan pada hari Senin, 31 Maret. Bagi umat Hindu Bali sendiri, Perayaan Hari raya Nyepi secara satu paket dilakukan dalam tahapan upacara 4 hari. Dimulai dari MelastiPecaruanPengrupukanNyepi (Puncak Hari Raya) dan terakhir Ngembak Geni pada keesokan harinya setelah Nyepi.

Dari keempat tahapan tersebut tentu saja Puncak Hari Raya adalah Nyepi itu sendiri, hari baru di mana umat Hindu Bali melaksanakan "Catur Brata" antara lainamati geni(tidak menggunakan dan atau menghidupkan api),amati karya(tidak bekerja),amati lelungan(tidak bepergian), danamati lelanguan(tidak mendengarkan hiburan). Itulah sebabnya, hanya di Bali saja Earth Hour sudah ada sejak dari ribuan tahun lalu – secara rutin dilakukan sehari tiap tahunnya, bahkan sebelum penemu listrik Michael Faraday dan penemu lampu Thomas Alfa Edison lahir, Bali sudah mengenal Earth Hour.

Dari berbagai belahan bumi manapun di dunia, hanya di Bali saja, tiap sekali setahun selama 24 jamnya pesawat tidak boleh landing dan takeoff dari dan ke DPS- Ngurah Rai International Airport. Hanya di Bali saja dari jam 06 pagi WITA sampai jam 06 pagi keesokan harinya kendaraan apapun jenisnya tidak boleh bergerak (kecuali ambulans). Hanya di Bali saja seluruh gelombang FM radio dan UHF televisi dimatikan dalam 24 jam, kita bisa saja menyalakan TV/Radio di rumah, namun tidak menemukan channelnya.

Inilah Nyepi.

----

Sebelum sampai pada hari Nyepi itu sendiri, Upacara yang tak kalah pentingnya dan ternyata menarik bagi masyarakat non-Hindu untuk ikut memeriahkan adalah Upacara Pengrupukan salah satunya ritual Buta Yadna yang oleh masyarakat awam disebut Ogoh-ogoh festival / Pawai Ogoh-ogoh.

Ogoh-ogoh / Boneka Raksasa  sendiri dalam upacara ini disimbolkan sebagai manifestasi / perwujudan fisik dari Buta Kala. Pengarakan Ogoh-ogoh yang dilakukan hingga malam hari sebelum menyambut Nyepi di keesokan paginya merupakan bentuk pelepasan hawa jahat dari dunia.  Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Bentuk dan model Ogoh-ogoh nya sendiri, di masa modern ini memiliki daya tarik tambahan. Karena berbagai teknik pembentukan modeling yang sudah berkembang dari stereofoam dan berbagai material lainnya memungkinkan bentuknya yang bermacam-macam. Dari wujud Buta Kala yang sesungguhnya, leak sampai bentuk lucu-lucuan seperti Ultraman.

[caption id="attachment_301173" align="aligncenter" width="300" caption="Ogoh-ogoh berwujud leak, photo: I Gusti Made Roy Yulianto"]

1396169363129745059

[/caption]

[caption id="attachment_301205" align="aligncenter" width="300" caption="Buta Kala dan Arjuna, foto: I Dewa Ketut Agra Suputra"]

1396191126575766811

[/caption]

Ogoh-ogoh yang sedianya memang sudah dibuat berbulan-bulan lamanya oleh para pemuda-pemudi banjar ini memang harus diarak sebagai bentuk memeriahkan pesta para roh roh jahat. Makhluk-makhluk halus di sekitar rumah, di lorong-lorong gang sengaja diundang dan digiring ikut masuk ke boneka raksasa ogoh-ogoh ini, biar mereka berpesta dan ikut bersenang-senang. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika semakin lama Ogoh-ogoh ini dirasa semakin berat saat diarak ramai-ramai di jalanan, ya memang ada “isinya” beneran, dan isinya semakin lama semakin banyak.

[caption id="attachment_301206" align="aligncenter" width="300" caption="ogoh-ogoh raksasa, Photo: I Dewa Ketut Agra Suputra"]

13961913351102368521

[/caption]

Setelah para roh jahat itu senang dan berpesta pora, selesai pawai, keseluruhan ogoh-ogoh ini kemudian dipenggal kepalanya dan lalu kemudian dibakar - dimusnahkan . Lenyaplah roh roh jahat yang sudah berpesta pora selama parade berlangsung tersebut. Dengan dihancurkannya ogoh-ogoh tadi diharapkan seluruh kekuatan jahat sirna dari tanah Bali sehingga kita siap menyongsong Nyepi yang benar-benar damai dan sunyi di keesokan paginya.

Yang dapat kita simpulkan bersama, Di Hari Raya Nyepi, Pulau Bali tidak akan sebegitu sunyinya jika tanpa kesatuan seluruh tahapan perayaan ini. Jadi agak aneh juga melihat beberapa bule yang harus “melarikan diri” – pergi ke Gili, Singapore atau pulang ke negaranya masing-masing. Mencoba menghindari Nyepi padahal sesungguhnya ini adalah hari besar seluruh orang.

Sayangnya hanya dilakukan di Pulau Bali

Yang patut disayangkan adalah ritual pembersihan jiwa yang luar biasa mempesona dan sudah ada di bumi Nusantara sejak ribuan tahun yang lalu ini hanya dilakukan di Pulau Bali. Padahal yang butuh dibersihkan dari berbagai kekuatan unsur jahat sehari sebelum Nyepi ya seluruh Indonesia. Dari sabang sampai Merauke. Sudah banyak pengusaha hitam, mafia hutan sampai pejabat korup di seluruh penjuru negeri.

Besar harapan saya agar pawai Ogoh-ogoh ini di kemudian hari bisa dilakukan tidak hanya di Bali, namun juga ada beberapa perwakilannya di seluruh Indonesia.

Khusus untuk Kota Jakarta sendiri, sebaiknya pawai Ogoh-ogohnya tidak sekedar di area Monas – Bundaran HI. Tapi secara lebih khusus melewati Senayan dan masuk ke kompleks Gedung MPR DPR, yang di dalamnya dipenuhi roh-roh hitam penjahat berdasi.

Sebagai anak bangsa yang akan melakukan hajatan besar Pemilu di 2014, penting bagi kita sebagai rakyat hendaknya memulai membersihkan diri dari segala unsur jahat. Termasuk mengelimir dari segala unsur caleg/ wakil rakyat yang sekiranya berpotensi menjadi calon koruptor di kemudian hari. Lihat lagi track recordnya, lihat ketulusan melayani rakyat seperti apa. Sebaiknya caleg-caleg yang tidak bener ini kita ibaratkan Buta Kala yang patut “dibersihkan” sehingga bangsa Indonesia di 2014 ini bisa memulai hidup dalam tahun baru Caka yang suci dan bersih.

Rahajeng Nganggra Rahina Nyepi Tahun Baru Caka 1936,

Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936.

______________________

John Simon Wijaya © 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline