Lihat ke Halaman Asli

Malaysia Airlines dan Adam Air

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14056513252047616286

[ Benang Merah Malaysia Airlines dan Adam Air]

[caption id="attachment_315861" align="aligncenter" width="592" caption="MH17 sumber : bloomberg dot com"][/caption]

Di saat keprihatinan dunia serta luka batin keluarga korban MH370 belum juga pulih sepenuhnya. Dunia kembali dikejutkan dengan tragedi penerbangan komersial lainnya dan kali ini kebetulan menimpa maskapai yang sama, Malaysian Airlines.  Kamis kemarin (17/07) MH 17 Malaysian Airlines Amsterdam – Kuala Lumpur AMS-KUL dikabarkan ditembak jatuh di daerah bertikai Ukraina timur. Diduga pihak separatis Ukraina pro Russia menganggap obyek yang ditembaknya adalah pesawat kargo militer, bukan pesawat komersial.

Dari beberapa update informasi sementara dikabarkan pada manifesto MH17 terdapat 12 jiwa Warga Negara Indonesia turut menjadi korban dalam tragedi tersebut.

ADA UANG ADA RUPA

Yang harus kita cermati bersama, ternyata ada beberapa korelasi serta persamaan variabel yang dapat kita jadikan salah satu benang merah penghubung kecelakaan ini dengan kasus penerbangan komersial lain yaitu hilangnya Adam Air yang gagal mencapai Manado beberapa tahun yang lalu.

Kedua pesawat ini sama-sama save fuel, sengaja melintasi jalur terpendek, tanpa mempertimbangkan faktor cuaca dan keamanan daerah yang dilintasinya. Untuk penerbangan komersial, memilih jarak tempuh yang paling efisien merupakan keputusan akhir dari Captain sendiri. Namun perlu kita ingat selalu bahwa manajemen perusahaan pasti akan senantiasa mengajurkan pilot-pilotnya hemat bahan bakar. Simple, ini semua adalah demi kepentingan bisnis, masalah uang.

Dari peta perjalanan yang direlease bloomberg bisa kita amati bersama bahwa MH17 ada opsi untuk melintasi sisi utara atau selatan Ukraina. Tapi akan menambah jarak perjalanan. Lazimnya untuk perjalanan internasional sejauh itu, pesawat komersial biasanya akan melintasi udara Qatar dan Dubai walaupun tidak transit di sana.

----

Dengan semakin melambungnya harga bahan bakar serta semakin sengitnya persaingan bisnis antar maskapai. Pengetatan anggaran dan efisiensi perjalanan seakan sudah menjadi hal yang lumrah dan sebaiknya harus kita kritisi bersama. Masalahnya adalah tragedi seperti ini tentu tidak pernah terbayang sebelumnya.

Concern kita sebagai warga sipil biasa, bahwa dinamika dunia modern semakin kompleksnya. Organisasi pasukan pemberontak apapun itu di daerah konflik memiliki kekuatan berbeda-beda. Yang harus kita kritisi lagi, jangan-jangan kepemilikan peluncur misil sekelas SA-11 Gadfly ini bukanlah semata-mata hasil pembelian pribadi Separatis Ukraina pro Russia. Ini senjata mahal, apa iya mereka mampu beli?  Jangan-jangan hanya merupakan “property pinjaman” dari Putin.

Secara pribadi saya berharap dengan adanya pelajaran bersama dari tragedi ini, usaha diplomasi Russia dan Ukraina akan semakin menuju titik cerah, bukan ke arah sebaliknya.

_____________________

John Simon Wijaya © 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline