Pandemi covid-19 mengharuskan banyak anak didik belajar daring, sehinga mau tidak mau orang tua ikut terlibat dalam urusan belajar anaknya. Nah keterlibatan orang tua murid dalam ikut serta untuk mengajari anaknya di rumah, bisa mendatangkan mannfaat sekaligus bencana.
Manfaat jika orang tua mengerti apa yang dipelajari anaknya, jika tidak bisa bertentangan dengan yang diajarkan di sekolah, untuk itulah pembelajaran tatap muka sangat penting, untuk mendidik anak sekolah.
Beberapa contoh yang akan membuat pembaca tersenyum.
Lima dibagi lima adalah Nol
Saat saya kuliah dosen pernah bercerita bahwa seorang mahasiswa saat ditanya "lima dibagi 5" berapa? Sang mahasiswa menjawab "nol" alias tidak ada, sang dosen dengan geram menjawab "satu", tapi mahasiswa ngotot jawabnya "nol" dengan buat argumen sebagai berikut, jika ada 5 pisang di atas meja dan ada 5 orang membaginya sama rata, kan pisang yang tinggal di atas meja tinggal "nol", bigitulah argumen mahasiswa yang buat dosen geleng kepala. Seandainya sang mahasiswa punya anak yang belajar daring, apa tidak kacau dunia persilatan?
Satu dibagi satu adalah satu, dua dibagi dua, dua dst..
Pernah suatu ketika setelah lulus kuliah, saya dan salah satu teman bekerja di suatu kota yang sama, dan sama-sama baru lulus kuliah, tapi kami beda kampus dan beda peovinsi.
Suatu ketika dia bercerita bahwa dia sudah punya pacar, dan menurut dia cocok untuk dijadikan teman hidup. Pas bincang-bincang, saya dimintai saran apa yang cocok untuk milih istri.
Secara spontan saya menjawab, paling tidak bisa mengajari anak-anak pelajaran Sekolah Dasar ibarat tambah, kurang, bagi, dan dia menjawab, berarti cocoklah yang ini, karena dia lulusan SMA. Malam minggu tiba, dia pergi dengan sang pacar menikmati malam minggu sambil makan nasi goreng.
Sembari menunggu nasi goreng selesai dihidangkan penjual, dia iseng-iseng bertanya, kalau satu dibagi satu berapa? Sang pacar menjawab, satu, dalam hati sikawan ok, cocok sudah, tapi dia tidak berhenti bertanya. Pertanyaan kedua, jika dua dibagi dua berapa, sang pacar menjawab dua, sang kawan mulau jengkel tapi sabar.
Pertanyaan ketiga dilanjut lagi, tiga dibagi tiga, jawab sang pacar "tiga", sepuluh dibagi sepuluh, dijawab sepuluh, dengan agak jengkel sang kawan bertanya, jadi kalau setatus dibagi seratus, dijawab sang pacar seratus.