Saya dulunya sangat pemalu dan sangat pendiam, ibarat tiang listrik dipukul dulu baru bunyi. Pernah suatu ketika aku dan seorang sepupu berniat untuk berkencan, dan kami berangkat ke desa sebelah. Ternyata kami jumpai di sana dua anak gadis, maka kamipun berkenalan. Untuk memberi ruang bagi saya, sepupu saya sengaja mengajak satu gadis agak menjauh dari kami, dan yang terjadi adalah sebuah tragedi dan suasana bagi saya bagai di neraka. Betapa tidak, selam 1,5 jam kami duduk berdua, dan yang saya ingat kami berbicara hanya beberapa kata akibat lidah saya kelu, tidak bisa berbicara karena sifat pemalu dan pendiam saya bercampur jadi satu.
Sifat pemalu saya terbawa juga hingga saya masuk kuliah, yang jika ada debat, saya selalu susah untuk menyampaikan ide, walaupun ide itu sudah ada di kepala. Dalam tahun-tahun pertama di bangku kuliah setiap ada pembuatan makalah menjadi yang paling berat, karena saya akan kesulitan dalam mempertahankan argumen saya, tetapi tahun kedua sudah ada perubahan, walaupun kadang masih berat keluar ide dari mulut.
Pada tahun ketiga, ada sebuah bimbingan belajar membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk bergabung, karena nilai saya di matematika dan juga munyukainya, maka saya bergabung. Saya mengikuti test dan ternyata berhasil. Sebelum diterjunkan mengajar, dilatih dulu serangkaian tehnik untuk menyampaikan materi pelajaran, dan sekaligus belajar dari senior yang sudah lebih dulu berkecimpung di dunia mengajar.
Akhirnya saya tampil untuk pertama kali mengajar dihadapan 25 orang murid, jantung berdegub kencang, akan tetapi tugas saya tunaikan dengan baik, dan respon peserta cukup baik, jadilah saya mulai mengembangkan teknik menyampaikan informasi dengan jenaka, tanpa mengurangi isi yang mau saya ajarkan.
Di sanalah kemampuan saya berbicara diasah, dan diperkaya, sehingga saya tidak lagi menjadi sukar untuk menyampaikan ide di hapan banyak orang. Saya berkeyakinan, bahwa sifat pemalu da kuper bisa juga dihilangkan dengan cara melatih diri berbicara, memang awalnya akan sulit, tapi lamakelamaan akan terbiasa.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H