Lihat ke Halaman Asli

John Rubby P

Planter yang selalu belajar

Asap: Apa Salah Planter?

Diperbarui: 22 Oktober 2015   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabut asap menyelimuti seluruh sumatera dan kalimantan, mata semua tertuju pada penyebab asap. Asap tebal muncul dari terbakar/pembakaran hutan dan lahan. Asap paling parah, jika lahan gambut terbakar ataupun sengaja dibakar. Sudah sangat sering kita disuguhi oleh tuduhan, bawa korporasi di bidang perkebunan sawit melakukan pembakaran lahan saat membuka lahan karena biayanya sangat murah.

Asap memang sungguh menyiksa, saban tahun kita disuguhi oleh asap kebakaran lahan dan hutan. Serta merta semua menumpahan kekesalannya, memberi nasehat, arahan, pemikiran, dan saling menunjuk orang lain sebagai penyebabnya. Tak ada satupun yang mengakui bahwa dia turut serta dalam kejadian asap yang senantiasa berulang ini. 

Siapa sesunguhnya pembakar lahan dan hutan? Secara tradisional, masyarakat indonesia sangat senang membakar lahan yang baru dibukanya, untuk dijadikan kebun, baik itu tanaman semusim, maupun ditanami tanaman perkebunan. Seluruh daerah di indonesia secara umum masyarakatnya lebih suka membuka lahan dengan cara dibakar. Pertama-tama lahan tersebut akan di tumbang dari segala jenis kayu, dan setelah kering barulah dilakukan pembakaran. Pembukaan lahan dengan cata dibakar memang sangat cepat dan efisien. Akan tetapi kebiasaan ini sudah berlangsung saat puluhan tahun yang lalu dan tidak pernah terdengar bencana kabut asap. Lantas apa penyebab bencana ini kian merajalela?

Perkebunan sawit juga di jaman tahun 90 an ke bawah, membuka lahan juga dengan cara dibakar. Pertama-tama lahan dibuka dengan cara mekanis kemudian sisa kayu yang tidak terpakai dikumpulkan kemudian dibakar. Kemudian pada era 97 mulailah terjadi bencana kabut asap akibat pembukaan lahan secara besar-besaran. Kenapa bisa terjadi? Pada saat itu lahan mineral untuk dijadikan lokasi penanaman sawit sufah semakin sulit, maka praktisi perkebunan mengalihkan perhatiannya ke lahan gambut. Inilah cikal bakal terjadinya bencana asap hingga saat ini, lahan gambut jika terbakar akan sangat sulit dipadamkan, dan asapnya sangat tebal, karena api berada di dalam lahan gambut.

Melihat penomena ini, pemerintah menerbitkan UU Nomor 18 tahun 2004 tentang petrebunan, di mana di dalamnya disebutkan, setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membakar dalam pembukaan lahan. Apakah serta merta aturan ini dipatuhi? Ternyata tidak, sebagian masih membuka lahan dengan cara dibakar. Tentu ini sangat disesalkan, apabila aturan ini dipatuhi, maka bencana asap saat ini tidak akan terjadi. Untuk itu, harus diberi sanksi tegas, demi menegakkan aturan yang telah di buat oleh negara.

Secara langsung, para praktisi perkebunan (planter) meradang, serta-merta mereka merasa tertuduh sebagai pembuat bencana asap. Memang ada saja perusahaan yang membandel, tetapi ada juga yang taat aturan. Untuk itu tidaklah serta-merta semua planter sebagai penyebab bencana asap sekarang ini.

Hidup Planter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline