Lihat ke Halaman Asli

John Rubby P

Planter yang selalu belajar

Tak Sudi dengan Presiden "Mencla-mencle"

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mencla-mencle adalah berarti perilaku orang yang sering tidak konsisten alias berubah ubah, baik itu ucapan ataupun tindakannya. Pada saat kampanye pilpres, sering kita dengar kata mencla-mencle dari salah satu kontestan pilpras, yang menuduh rivalnya mencla-mencle. Tuduhan itu tidak saja terlontar dari tim suksesnya saja, akan tetapi terlontar juga dari mulut capres tersebut.

Dengan seringnya tuduhan tersebut, saya mencoba menelusuri, dimana letak mencla-menclenya yang ditudukan itu. Pada akhirnya saya dapat memperoleh informasi yang akurat, bahwa tuduhan mencla-mencle tersebut adalah bahwa capres yang ditudukan ternyata awalnya adalah seorang karyawan BUMN yang banting setir menjadi pengusaha meubel. Setelah sukses di bidan meubel, kemudian dia mencalonkan (dicalonkan?) menjadi walikota di solo, dan ternyata dia berhasil jadi walikota solo, dan terbaik pula (katanya). Setelah menapaki karier di pemerintahan sebagai walikota, beliau dicalonkan kembali, kali ini jadi gubernur jakarta dan meninggalkan Solo, dan berhasil juga mengalahkan saingannya di Jakarta, jadilah beliau Gubernur Ibu kota NKRI. Tak berapa lama kemudian, akibat desakan berbagai pihak, beliau dicalonkan lagi menjadi Presiden, walaupun masa jabatan sebagai gubernur baru 2 tahun. Dan hasilnya kita telah dengar, tonton, dan baca sendiri, bahwa KPU menetapkan beliau jadi presiden RI-ke 7, dan akan dilantik bulan oktober nanti, jika MK mengetok bahwa beliaulah presiden RI terpilih.

Lalu siapa sesungguhnya yang mencla-mencle?

Kalau dicermati dalam masa kampanye sampai saat ini (25 July 2014), terpampang jelas di depan mata kita, bahwa yang mencla-mencle itu sesungguhnya adalah dia yang menuduh saingannya mencla-mencle. Bukti bahwa yang menuduhlah sesungguhnya yang mencla-mencle dapat saya uraikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Ingin menasionalisasi perusahaan asing yang ada di NKRI
sebelum menjadi capres sangat santer kita dengan bahwa kalau diberi mendat jadi presiden, akan melakukan nasionalisasi aset asing, dan tidak mau menjadi antek asing. Propaganda ini santer dilontarkan demi meraih simpati rakyat, dan setelah ditegur oleh SBY yang mengatakan ada yang mau jadi capres dengan program menasionalisasi aset asing, muncullah sanggahan dan menyatakan bahwa tuduhan itu tidak betul.

2. Melontarkan tuduhan bocor dan bocor
Pada saat kampanye dan debat capres, terlontarlah bahwa uang negara kita banyak yang bocor keluar negeri. Akan tetapi pada saat menyampaikan visi dan misi dihadapan kader demokrat, sangat memuja dan memuji keberhasilan ekonomi di kepemimpinan SBY. Loh koq ga ada kata bocornya lagi, memuji kepemimpinan SBY berarti kebocoran yang disebutkan tadi tidak ada dong?

3. Menyatakan siap menang dan siap kalah
Sesaat setelah pencoblosan selesai, muncullah hasil QC beberapa lembaga survei, dan setelah data masuk 75% kubu lawannya membuat konfrensi pers yang menyatakan mereka pemenang sesuai QC (oleh 7 lembaga survey). Kubu yang menuduh lawan mencla-mencle tak mau ketinggalan, mereka juga mengumumkan bahwa merekalah pemenang sesuai dengan QC lembaga survey kepercayaan mereka, dan bahkan sampai mencium tanah segala. Akan tetapi mereka tetap yakin menang, dan mereka akan menunggu hingga tanggal 22 july 2014, pengumuman resmi KPU. Setelah muncul kawalpemilu.org yang ternyata hasil hitungan dari Form C1, maka mulailah mereka gundah gulana, akan tetapi masih percaya diri menyatakan akan menunggu tanggal 22 july, akan tetapi baru tanggal 21 july 2014 mereka sudah mulai panas pantat dan meminta dilakukannya penundaan rekapitulasi sampai sebulan kedepan. Dan akhirnya beberapa jam sebelum pengumuman menyatakan akan menarik diri dari proses pemilu dan menuduh pilpres tidak sesuai dengan UUD 45.

4. Menolak hasil pilpres dan menyatakan bertentangan dengan UUD 45
Setelah menarik diri dari proses pilpres dan tidak mengakui pilpres, serta menyatakan tidak sesuai dengan UUD 45, tim hukumnya menyatakan mereka tidak akan mengajukan keberatan ke MK, karena tidak memiliki legal standing. Akan tetapi beberapa saat kemudian muncullah bantahan bahwa mereka mengundurkan diri, dan hanya menarik diri dari perhitungan, dan akan mengajukan keberatan ke MK. Pertanyaaannya, mereka tidak mangakui hasil pilpres kok mengajukan keberatan lagi? Inilah tipikal manusia yang telah dikuasai hawa nafsu, perkataan dan permuatannya selalu bertentananan, Ternyata-oh-ternyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline