Lihat ke Halaman Asli

John Lobo

Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku

Visi Gusdurian tentang Toleransi dan Perdamaian

Diperbarui: 16 Oktober 2022   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peserta Tunas. dokpri

Oleh : John Lobo

Isu strategis yang menjadi bahan pergumulan pada hari kedua, Jumat (15/10/2022) di Hall Mina Akbar adalah Penguatan Toleransi dan Perdamaian. Tema tersebut sangat menarik perhatian banyak murid, pengagum dan penerus pemikiran serta perjuangan Gus Dur yang sedang mengikuti Temu Nasional (TUNAS) GUSDURian 2022.

Alamsyah sebagai pemateri memaparkan bahwa ada 5 (lima) komponen penting yang bertemali dengan tema terkait. Kelima unsur yang dimaksud antara lain ; konteks dan isu - isu penting, peta aktor, visi toleransi dan perdamaian tahun 2025, visi KH Abdurrahman Wahid, dan kerangka kerja.

Mengenai konteks dan isu - isu penting dijelaskan bahwa negeri ini memiliki kapital sosial yang cukup solid untuk membangun dan mengembangkan toleransi dan perdamaian, termasuk ketika menghadapi krisis sosial. Aset tersebut cukup ampuh tatkala digunakan untuk merespon masa suram ketika Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia beberapa waktu yang lalu.

peserta kelas inspirasi. dokpri

Berbagai praktik baik yang merupakan formulasi bentuk kepedulian  berbagai pihak seyogyanya bisa mendorong penyelesaian berbagai kasus terkait pelanggaran hak beragama dan menjadi media promosi menguatnya toleransi dan perdamaian.

Realitasnya tidak demikian mengingat masih saja berseliweran berbagai aksi yang menggerogoti nilai toleransi dan perdamaian. Hal tersebut dipengaruhi oleh dua variabel yaitu faktor kultural dan struktural. Kedua unsur pemicu semakin tak terkendali ketika mendapat sokongan signifikan dari perilaku yang menyimpang dalam pemanfaatan media sosial .

Sosok aktor yang sangat berperan dalam penguatan toleransi san perdamaian adalah komunitas lintas iman dari berbagai lapisan generasi juga aktor negara baik kepolisian maupun pemerintah daerah.  Namun hal kontras yang sering dijumpai adalah masih ada pemerintah di beberapa daerah yang diskriminatif melalui berbagai bentuk kebijakan .

peserta kelas inspirasi. dokpri

Berpijak pada modal dan pengalaman yang dilalui oleh bangsa Indonesia saat ini, toleransi dan perdamaian pada tahun 2025 diproyeksikan untuk menciptakan dua kondisi yakni pertama, kehidupan toleransi dan perdamaian antar warga bangsa berbasis semangat solidaritas aktif, bukan sekedar toleransi pasif. Kedua, terbangunnya infrastruktur toleransi dan perdamaian dalam bentuk layanan dan kebijakan pemerintah yang non - diskriminatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline