Oleh : John Lobo
Hari Rabu (26/5/2021) sekolah Konsili Vatican II memasuki pertemuan ke 7 ( ketujuh) dengan tema Lumen Gentium : Gereja Bermisi dan Berdialog. Pengajar malam ini adalah Romo Al. Budi Purnomo, Pr, Lic.Teo dari Keuskupan Agung Semarang.
Saya mengenal Romo Budi sekitar tahun 1998 ketika mengikuti ret-ret di Wisma Semedi Sangkal Putung Klaten. Beliau menjadi pendamping selama tiga hari ketika kami menjalani aktivitas menenangkan dan memulihkan diri dari kesibukan sehari-hari dan fokus untuk berdoa, berefleksi, membaca Kitab Suci, dan bermeditasi.
Pertengahan tahun 1999 bersama Mas Wawan adiknya Romo Budi yang juga teman kuliah di Sekolah Tinggi Kateketik Widya Yuwana Madiun, kami mengunjungi beliau ketika bertugas di Paroki Santo Antonius Muntilan Jawa Tengah.
Pertemuan virtual malam ini membangkitkan kembali kisah bagaimana kuatnya pengaruh sosok Romo Budi dalam hidup dan panggilanku sebagai Katekis volunteer dan guru Agama Katolik. Jika direfleksikan secara mendalam dapat dikatakan bahwa berbagai gerakan pencerdasan (literasi) dan aksi kemanusiaan serta partisipasi aktif saya di berbagai segmen kehidupan bermasyarakat, seperti sepakbola dll tidak terlepas dari figur romo Budi.
Baik dalam pemaparan materi maupun menjawab pertanyaan dari partisipan, romo Budi selalu menampilkan slide dan contoh konkrit bagaimana ia membangun hubungan baik dengan sejumlah orang dari berbagai kelompok agama seperti dengan Habib Lutfi dan KH. Mustofa Bisri juga dengan berbagai tokoh lain. Hal ini tentu tidak terlepas dari kapasitasnya sebagai Ketua Komisi Hubungan Antar-agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang dan kepala di campus Ministry Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Sebagai penanggung jawab campus Ministry Romo Budi berkisah tentang kejadian bagaimana dirinya mengikhlaskan Albanya yang pernah digunakan oleh mahasiswi untuk dijadikan sebagai mukena untuk sholat. Alba adalah pakaian putih panjang hingga sebatas pergelangan kaki, dan memiliki lengan panjang hingga pergelangan tangan.
Kata "alba" dalam bahasa Latin artinya "putih". Alba adalah pakaian luar yang umum dikenakan di kalangan Graeco-Romawi dan mirip dengan soutane yang dikenakan di Timur Tengah. Tetapi, mereka yang berwenang mengenakan alba dengan kualitas yang lebih baik dengan aneka sulaman atau gambar.
Tujuan rohani alba adalah mengingatkan imam akan pembaptisannya, saat kain putih diselubungkan padanya guna melambangkan kemerdekaannya dari dosa, kemurnian hidup baru, dan martabat Kristiani (yesaya.indocell.net). Sedangkan Mukena adalah kain selubung berjahit (biasanya berwarna putih) untuk menutup aurat wanita Islam pada waktu salat (KBBI, III, 2000 : 760).
Pengalaman meminjamkan Alba kepada mahasiswinya untuk digunakan sebagai mukena memang terjadi cuma sekali dan selanjutnya Romo Budi menyiapkan Mukena ditempatnya dan sengaja disiapkan bagi mahasiswi yang hendak salat.
Dalam konteks Gereja yang bermisi dan berdialog sepenggal kisah inspiratif Romo Budi diatas adalah sebuah kekuatan yang mendorong kita untuk bisa melakukan usaha sekecil mungkin dalam merawat sprint Konsili Vatican II.