Lihat ke Halaman Asli

Politisi Harusnya Terinspirasi Pembalap F1

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1395726423840245889

[caption id="attachment_328397" align="aligncenter" width="620" caption="wajah baru, sumber: telegraph dot co dot uk"][/caption]

Seperti yang kita inginkan bersama, kejutan terjadi di F1 Melbourne Minggu (16/3) kemarin. Podium dipenuhi wajah-wajah baru, dan sang juara bertahan serta Juara Dunia Vettel dan Hamilton sendiri justru gagal melanjutkan balapan karena faktor teknis.

F1 Melbourne Australia dimenangkan Nico Rosberg (Mercedess), disusul 2.Ricciardio (RedBull) 3.Magnussen(McLaren) 4.Button(McLaren) 5.Alonso (Ferrari) 6.Bottas(Williams) 7.Hulkenberg(Force India) 8.Raikkonen (Ferrari) 9.Vergne (Torro Rosso) 10.Kvyat (Torro Rosso) 11.Perez (Force India)

Dan iya pesta podium dipenuhi wajah wajah tak biasa, orang-orang yang jarang podium. Walaupun beberapa jam setelah balapan Steward menemukan pelanggaran oleh Redbull yaitu melebihi batas sistem pengaliran bahan bakar 100kg/jam regulasi FIA. Dan otomatis berdampak gelar dan poin Ricciardio di Melbourne dicabut. Tapi tetaplah hal ini sudah cukup untuk menggambarkan bahwa harapan positif musim 2014 akan berjalan lebih seru dan ketat.

Nico Rosberg sendiri sesungguhnya kasian. Pembalap yang jarang menang ini menanggung beban berat di pundaknya. Nico adalah putera dari seorang juara dunia Keke Rosberg. Sosok anak di belahan dunia manapun tentu saja diinginkan ayahnya paling tidak mampu berprestasi melebihi pencapaian orang tuanya di masa lalu. Bagi Nico perjalanan itu masih jauh namun harapan masih sangat terbuka lebar.

WAJAH BARU HARAPAN BARU

Walaupun ternyata tidak jadi hujan, balapan Melbourne (16/3) kemarin masih cukup menghadirkan hiburan berkelas. Kita yang sebelumnya hanya mengenal pembalap itu-itu saja. Pada balapan Melbourne kemarin kita semua seakan dipaksa mulai mengenal dan mempertanyakan siapakah Bottas? Siapa sih ini Magnussen?

Bagi saya pribadi Man of The Race Melbourne adalah Bottas. Yang seharusnya bisa podium jika mau sedikit sabar meniti dinding sirkuit di sekitar tikungan 3. Di Melbourne Bottas menunjukkan kelasnya, inilah sosok Finlandia baru sekelas Mika dan Raikkonen.  Tapi tentu anda memiliki pendapat berbeda.

Konstelasi kekuatan F1 memang mudah berubah, regulasi baru melahirkan peta kekuatan baru. Nah, kalau F1 saja di 2014 ini sudah mulai berganti dengan juara-juara muda yang “baru lahir” dan mulai menumbuhkan harapan baru serunya balapan, bagaimana dengan Indonesia sendiri? Masih mau dipimpin wajah-wajah lama?

BERHENTI SEBELUM KENYANG

Tentu kita bersama masih ingat Mika Hakkinen, yang memutuskan pensiun di masa-masa produktifnya. Dia menganggap gelar dua kali juara dunia F1 sudahlah cukup. Sudah tercatat sejarah. Di MotoGP sendiri kita juga ingat Cassey Stoner. Sama juga, pensiun di usia produktif.

Manusia-manusia apapun itu profesinya akan mengecap kesan manis saat berhenti sebelum kenyang. Ada Bung Hatta, BJ Habibie dan yang terakhir Ibu Megawati yang dengan legowo sudah melepaskan tongkat estafetnya ke penerus yang lebih muda.

Jadi di tahun pemilu ini, secara pribadi saya menantang para politisi dan caleg yang sudah 1-2 kali pernah duduk di kursi senayan. Saya menantang agar dengan inisiatif anda pribadi mau beraktifitas kembali pulang ke rumah menjadi warga masyarakat biasa. Alangkah lebih santunnya menghabiskan masa hidup untuk bekerja, menyumbang pemasukkan pajak, bukan kembali bergelut memperebutkan kursi yang akan kembali dikotori muslihat licik menghabiskan uang rakyat.

Salam F1, sampai jumpa di Sepang.

Artikel Tentang F1 Lainnya: [LINK]

______________________

John Simon Wijaya © 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline