Lihat ke Halaman Asli

Handy Chandra van AB (JBM)

Maritime || Marketing || Leadership

Singapura, Pengisap Pasir Tetangga

Diperbarui: 13 Juli 2020   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar 25% daratan di Singapura adalah hasil reklamasi. Sumber gambar: Kenji Hotta & Ian M. Dutton. 1995.

Negara inilah yang bikin heboh tahun 2001-2003, gara-gara aktivitas impor pasir laut dari Indonesia. Hebohnya karena ribut-ribut soal batas negara yang bergeser, merugikan Indonesia. Kenapa demikian heboh?

Karena cara perhitungan batas negara (yang berada di laut) adalah dari garis pantai saat surut. Lha, Singapura punya pantai bergeser jauh ke laut karena reklamasi. Dia untung kita tekor.

Terjadilah perang diplomasi dan hukum internasional. Singkat cerita, Indonesia memutuskan menghentikan ekspor pasir laut, dari kepulauan Bangka Belitung, kepulauan Riau dan sekitarnya. Indonesia menang. Tahun 2003, impor pasir berhenti dari tetangga selatan.

Cari Pasir ke Malaysia dan ALKI

Tidak hilang akal, Singapura mencari acara agar bisa lanjut proyek reklamasinya. Soalnya ini menyangkut duit, Singapore dollar. Menyangkut kepercayaan investor properti dan investor lainnya.

Berhasil. Malaysia masih mengizinkan pasir lautnya dikeruk. Tetapi, negeri dengan ikon Merlion Park melakukan aktivitas reklamasi sampai 2019 saja. Karena Malaysia ikut-ikutan melarang ekspor pasir ke negeri pulau tersebut. Tahun itu, impor pasir dari tetangga utara setop.

Cari akal lagi orang-orangnya PM. Lee Kuan Yew (alm), dan berhasil lagi. Kali ini tetangga tak bernama.

Bagaimana bisa tetap melakukan reklamasi, tapi keran ekspor pasir laut dari indonesia dan Malaysia sudah ditutup?

Triknya sederhana. Kapal pengeruk atau penyedot pasir laut berlayar di ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) sepanjang selat Malaka.

Setelah penuh, balik lagi lewat jalur yang sama, lalu bongkar muatan di Singapura.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline