Berita tentang kegaduhan ijin reklamasi pantai Ancol, pada koran Kompas edisi Sabtu, 04 Juli 2020, menggelitik memori-memori indah pada negeri Raja Reklamasi, Belanda.
Saya sama sekali tidak minat untuk tahu siapa yang benar soal hukum. Tidak juga tentang siapa yang unggul secara politik. Tidak ada sama sekali.
Berita koran itu, hanya memunculkan kembali memori-memori bagus di negara yang menikmati kemewahan dan kenyamanan hidup dari hasil reklamasi. Pengalaman ke negara-negara pro-reklamasi membuat pengalaman menikmati kemewahan dan kenyamanan tersebut lebih hidup.
Jepang, Mesir, Panama, Singapura, Belanda dan Louisiana-USA adalah negara (negara bagian untuk di Amerika) yang menikmati manfaat sosial, kecantikan lansekap dan pertumbuhan ekonomi dari reklamasi. Masih banyak yang lainnya. Namun sepengetahuan saya, negara-negara itu semua melakukan reklamasi dan mendapat manfaat ekonomi.
Ada dua cara melakukannya, yaitu reklamasi dengan teknik mengeringkan laut (polder) ataupun menimbun laut dengan tanah (land-fill).
Dua kali mengikuti pelatihan tahun 2011 dan 2017, masing-masing di Wageningen University dan Twente University. Semoga bisa sampai yang ke lima. Semuanya memberikan kesan manis dan ingin balik lagi, serta kecerdasan rekayasa sipil the dutchman.
Kesan manis terhadap infrastruktur, sarana, prasarana, hutan buatan dan tata ruang diatas lahan reklamasi terasa saat keluyuran. Baik keluyuran resmi (study tour) maupun keluyuran pribadi.
Kalo soal cerdas, biar fakta yang bicara. Tiap tahun ratusan mahasiswa dari Indonesia belajar ke sana. Lebih dari 2500 mahasiswa Indonesia belajar disana, berdasarkan data Nuffic-Neso (Netherlands Education Support Office) Indonesia tahun 2019.
Tokoh menteri yang alumni Universitas di Belanda adalah Menteri Luar Negeri, Ibu Retno Marsudi. Juga Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Ibu Siti Nurbaya Bakar.
Memori indah berikutnya, adalah waktu pertama kali mendarat di bandara Schiphol. Kaget bukan main, ketika diumumkaan di pesawat, bahwa bandara ini berada 5 m di bawah permukaan laut Utara (North sea, Belanda: Noord zee). Membayangkan akan melihat laut saat turun tangga pesawat, eh ... malah sepanjang mata melihat hanya hamparan lahan komersial dan pertanian. Reklamasinya masif sekali.
Masuk dalam bandara, tata ruangnya rapi, bersih, deretan toko indah dilihat dan lega pedestriannya serta petugasnya ramah. Tidak seperti ke Amerika, petugas-petugas imigrasinya bermuka kotak.