Lihat ke Halaman Asli

Johara Masruroh

Hobi menulis sejak menjadi seorang ibu

Hidup Bermegah-megahan dan Akhir Kisah Qarun

Diperbarui: 7 Agustus 2021   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika kita membahas tentang hidup bermegah-megahan, maka yang sering terlintas dalam pikiran kita adalah kisah Qarun. Qarun adalah seseorang yang hidup di zaman nabi Musa as. Ia ditenggelamkan ke dalam bumi beserta harta kekayaannya akibat bersikap angkuh dan sombong. Kisah ini terekam dalam al-Qur'an surat al-Qashash 79-82. Berikut ini ayatnya:

 

Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar. Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar. Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam Bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri. Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu berkata, Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah.

Terdapat dua golongan manusia di saat melihat harta kekayaan Qarun. Golongan  pertama, merupakan golongan yang silau terhadap harta dunia dan menginginkan menjadi kaya raya seperti Qarun. Golongan ini disebut Allah menyesal dengan keinginannya menjadi kaya setelah melihat kehancuran Qarun saat dibenamkan ke dalam bumi.

Kelompok kedua adalah orang-orang yang dianugerahi ilmu yang menganggap bahwa pahala Allah adalah lebih baik dibandingkan harta dunia yang melenakan manusia. Orang-orang yang dianugerahi ilmu di sini menurut beberapa sumber merujuk pada pendeta Bani Israil pada waktu itu.

Dari ayat ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa hidup dengan cara bermegah-megahan serta menyombongkan harta kekayaan tidak sepatutnya dilakukan oleh manusia. Allahlah yang mengatur segalanya termasuk rejeki setiap manusia. Allah juga memperlihatkan janjinya bahwa tak akan ada satu golongan manusia pun yang akan mampu menolong Qarun dari adzabnya. Segala harta yang kita miliki di dunia ini merupakan titipan Allah  yang sepantasnya kita syukuri, bukan untuk menyombongkan diri. Kapan pun Allah berkehendak untuk mengambil kembali, tak ada yang mampu menghalangi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline