Lihat ke Halaman Asli

Pesan Damai dari Papua Barat

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya sering membaca spanduk “Damai Itu Indah”, ternyata memang benar kedamaian itu membawa ketentraman dan keindahan. Saya memimpikan Papua yang damai. Saya menghargai upaya damai Suku Arfak di Papua Barat terkait Pilkada Papua Barat 2011.

Perseteruan setelah penetapan Mahkamah Konstitusi tentang Pilkada Papua Barat 2011, tampaknya berujung kedamaian. Dominggus Mandacan, salah satu kandidat gubernur Papua Barat yang kalah dan pendukungnya sempat mengamuk, merusak dan membakar fasilitas umum dan negara, telah menghadiri acara pelantikan Gubernur-Wakil Gubernur, Selasa (17/1/2012).

Menurut Sekretaris Daerah Papua Barat Marthen L Rumadas, tiga pasangan kandidat telah menghadiri acara pelantikan, termasuk Dominggus Mandacan. Dominggus secara berbesar hati menerima putusan dan hadir dalam pelantikan. Bahkan, mantan Bupati Manokwari ini menolak jabatan yang ditawarkan, dan mengatakan hanya akan menjadi kepala suku besar saja. Soal keberatan, akan diselesaikan secara adat antara Atururi dengan masyarakat suku Arfak, setelah pelantikan.

Kekhawatiran pemerintah daerah selama sepekan terakhir adalah tidak hadirnya tiga kandidat yang kalah. Sebab, pihak pendukung Dominggus keberatan dengan pelantikan pasangan Abraham O Atururi-Rahimin Katjong sebagai Gubernur-Wakil Gubernur terpilih. Bahkan, mereka mengancam akan menggagalkan pelantikan jika tuntutan mereka tidak dilaksanakan terlebih dulu.Mereka menuntut agar Atururi diperika karena dugaan menggunakan uang negara mencapai 10 miliar untuk kepentingan kampanyenya.

Ketegangan yang berujung kedamaian ini terlihat dari pertemuan para kepala suku besar Arfak terkait kericuhan dan nama baik Mandacan. Dalam putusan bersama dari turunan Barends Mandacan dan Irogi Meydogda mengimbau masyarakat suku Arfak mendukung putusan MK, dan tidak terhasut isu-isu dan hasutan yang tidak bertanggung jawab dan malah merusak nama baik suku Arfak.

Tokoh suku Arfak, Samuel Mandacan dan Keliopas Meydogda, mengimbau agar tidak ada aksi tak bertanggung jawab dengan mengatasnamakan suku Arfak, tanpa ada persetujuan dari tiga kepala suku besar turunan Lodwijk dan Barends Mandacan serta Irogi Meydogda.

Kesepakatan suku Arfak berdamai untuk kebaikan bersama pantas dihargai dan diapresiasi semua pihak. Kesediaan menerima kekalahan dan mendukung yang menang dapat dijadikan contoh dalam rangka penciptaan kedamaian di tanah Papua.

Musyawarah dan mufakat keluarga besar suku Arfak dalam menyikapi pelaksanaan Pilkada dengan memberikan dukungan kepada pemenang merupakan pesan kedamaian dari Papua untuk Indonesia. Alangkah indahnya jika kekalahan dalam pilkada tidak berujung konflik dan rusuh, tetapi kebersamaan untuk membangun bangsa Indonesia yang damai.

Johan Wanggai

Putra Papua tinggal di Depok, Jawa Barat.

Email: johanwanggai@gmail.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline