Lihat ke Halaman Asli

Johan T.Bayuntoro

Guru-Jurnalis-Penulis Buku

Museum Mini Edukatif SMAN 11 Semarang: Jendela Sejarah Kota Semarang untuk Generasi Milennials

Diperbarui: 3 Agustus 2024   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SMA Negeri 11 Semarang kembali berinovasi dengan menghadirkan sebuah museum mini edukatif yang menyajikan kekayaan budaya dan adat istiadat Kota Semarang. Museum mini yang berlokasi di Perpustakaan sekolah ini resmi dibuka pada awal Juli 2024 dan langsung menarik perhatian siswa-siswi serta bapak ibu guru dan karyawan.

Berbagai koleksi menarik dipamerkan di museum mini edukatif ini, mulai replika atau gambar dari pakaian adat, batik, alat musik tradisional, hingga miniatur rumah adat khas Semarang. Selain itu, terdapat juga panel-panel informasi yang menjelaskan sejarah dan makna dari setiap benda koleksi.

Kepala SMA Negeri 11 Semarang Rr. Tri Widiyastuti, S,Pd sangat mengapresiasi atas hadirnya museum mini edukatif yang digagas atau dipandegani oleh Sae Panggalih, S.Pd., Gr berserta Rita Emiliya, S.Pd., Gr ini. Tujuan dari pembuatan museum mini ini adalah menambah estetika dan kenyamanan juga untuk memberikan edukasi kepada generasi muda khususnya para siswa-siswi ketika berada di Perpustakaan SMA Negeri 11 Semarang mengenai akar budaya Kota Semarang serta menumbuhkan rasa cinta terhadap warisan leluhur.

"Kami berharap museum mini ini dapat menjadi sarana atau wahana pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa-siswi di SMA Negeri 11 Semarang. Dengan memahami budaya sendiri, mereka akan lebih menghargai keberagaman dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi," ujar Tri Widiyastuti.

Sae Panggalih, S.Pd., Gr seorang guru Sosiologi dan pemerhati budaya Semarangan, mengungkapkan. Ini adalah langkah yang sangat positif sekaligus media belajar bagi para siswa. Generasi muda saat ini perlu dikenalkan pada budaya mereka sendiri, terutama Semarang agar tidak tergerus oleh budaya asing. Museum mini ini bisa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain untuk turut serta melestarikan budaya.

Sae Panggalih juga menambahkan bahwa salah satu tantangan dalam melestarikan budaya pada generasi milenial adalah kurangnya minat terhadap hal-hal yang dianggap tradisional. Namun, dengan pendekatan yang kreatif dan menarik seperti museum mini ini, diharapkan minat generasi muda terhadap budaya dapat kembali tumbuh. Kita harus terus berupaya untuk membuat budaya menjadi sesuatu yang relevan dengan kehidupan mereka. Misalnya, dengan menggabungkan unsur-unsur budaya dengan teknologi atau tren kekinian.

Rita Emiliya, S.Pd., Gr selaku Kepala Perpustakaan Lentera Ilmu SMA Negeri 11 Semarang mengaku sangat "Better" dengan hadirnya museum mini edukatif ini. Selain menambah kesan estetik, hadirnya museum ini semakin menambah kesan nyaman ketika para siswa mengunjungi atau belajar di Perpustakaan. Tak jarang spot ini menjadi lokasi favorit Instagramable para siswa atau guru untuk sekedar membaca budaya sejarah dan juga mengabadikan foto terbaiknya.

Sementara tu, Rikaz Aryo salah satu siswa kelas XII sekaligus Kenang Kota Semarang sangat takjub melihat adanya museum mini edukatif budaya Semarang di Perpustakaan Lentera Imu SMA Negeri 11 Semarang ini.

"Tradisi budaya Kota Semarang sangatlah menarik seperti Dugderan, Sesaji Rewanda, Gebyuran Bustaman dan masih banyak lagi. Selain itu ternyata daya tarik wisata Kota Semarang juga banyak seperti Desa Kandri yang menerapkan unsur sapta pesona dengan baik. Kita sebagai generasi milenial dan Z sudah saatnya untuk menjaga dan melestarikan budaya dan wisata Kota Semarang." ujar pria yang akrab disapa Riyo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline