Pendahuluan
Tulisan ini sangat penting karena beberapa bulan ini banyak terjadi banjir dan longsor di negara kita. Melirik website BNPB pada tanggal 27 Januari 2023 terjadi Bencana Hidrometeorologi basah, banjir dan longsor. Perstiwa ini menimbulkan banyak kerugian baik materil dan non materil. Belum selesai di Manado, muncul lagi banjir dan longsor di Provinsi Aceh dan mungkin beberapa daerah lain yang tidak terekspose media. Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana Pemerintah Korea Selatan mengatasi bencana banjir dan longsor dengan studi kasus di Gunung Umyeon. Sebelumnya KTI ini sudah diterbitkan di Majalah Buletin Alami BPDAS Asahan Barumun pada tahun 2022 dan hasil field trip (kunjungan lapangan) ketika mengambil mata kuliah Erosion Control and Restoration Ecology di Gunung Umyeon, Seoul.
Profil Gunung Umyeon
Dimanakah Gunung Umyeon? Gunung Umyeon berada di Seocho-gu Kota Metropolitan Seoul di Korea Selatan di mana puncak gunung terletak 10 km selatan Seoul dan sekitar 5 km timur laut Gunung Gwanak. Gunung ini sangat terkenal dengan pendakiannya bagi para pengunjung yang ingin melakukan pendakian karena fasilitasnya yang cukup memadai. Sekitar tahun 2011, sebuah bencana cukup besar terjadi di Gunung Umyeon yang menyebabkan kerusakan yang cukup membuat masyarakat Korea Selatan dalam hal ini Seoul cukup menderita dan mengalami kerugian yang cukup besar. Menurut The Korea Times (2011), Pada Juli 2011, longsor atau bencana alam Gunung Umyeon terjadi di Seoul selatan, yang menewaskan 16 orang dan melukai 18 lainnya. Hasil investigasi di tempat itu menemukan bahwa kombinasi dari hujan deras, drainase yang tidak memadai dan tanah yang gembur menjadi penyebab longsor di Gunung Umyeon (Seoul) dan menimbulkan korban yaitu material, kematian dan lain-lain. Tanah longsor menyebabkan kerusakan infrastruktur umum seperti pembangunan jalan, kerugian diperkirakan sekitar 52 miliar KRW (Won Korea), mobil yang lewat juga mengalami kerusakan, properti lainnya mengalami kerusakan seperti jalan, dan perumahan disekitar Gunung Umyeon juga mengalami kerugian (apartemen).
Bagaimana Pemerintah Korea Selatan Strategi Mengatasi Banjir dan Longsor?
Dalam mengantisipasi tanah longsor dan banjir, pemerintah Republik Korea Selatan membangun pengendalian erosi yang menghabiskan biaya sekitar 30 juta Won Korea. Pemerintah Korea Selatan membuat keputusan tentang rehabilitasi Gunung Umyeon dan menghabiskan banyak uang untuk program pengendalian erosi yang selesai pada tahun yang bersamaan. Ada banyak solusi untuk menghindari tanah longsor/pengendalian erosi di Gunung Umyeon, Seoul:
1). Kolam Sedimen dan Bendungan Pengendali Erosi (Sediment Pond and Erosion Control Dam)
Kolam sedimen merupakan tempat dimana air akan mengalir dan ditampung (dijatuhkan) pada daerah ini. Ini adalah proses terakhir dari proses pengendalian erosi (kolam sedimen) dan disini akan dipisahkan sedimen dan air yang dikumpulkan untuk mengalir ke drainase. Di Gunung Umyeon, biasanya, serangkaian saluran kecil yang saling berhubungan direncanakan berjalan di sepanjang lereng, yang kemudian bertemu dengan bendungan yang lebih besar. Cara ini lebih baik untuk mengurangi aliran energi limpasan yang cukup besar, sementara lebih baik menahan aliran air dari penyebab erosi. Kolam sedimen biasanya terdapat di dasar sebagian besar bendungan pengendali erosi, tetapi terkadang juga dibangun bendungan pengendali erosi di bagian atas (dataran tinggi). Di bagian bawah (dataran rendah), terdapat CCTV (Closed Circuit Television) untuk memantau (memeriksa) limpasan, merekam semua kejadian di sekitar area tersebut dan membantu pengambilan keputusan di kolam sedimen. Di bendungan pengendali erosi, pemerintah Republi Korea Selatan juga memasang beberapa pipa dan di belakang pipa memasang beberapa batu untuk menghindari pipa tersumbat.
2. Gabion Revetment
Gabion didefinisikan sebagai 'wadah kawat yang diisi dengan batu yang digunakan untuk tujuan struktural'. Gabion digunakan untuk revetment, dinding penahan tanah, struktur lain, pelapis saluran, dan pelindung lereng (http://www.ieca.org). Menurut Wikipedia (2018), bronjong adalah silinder, sangkar, atau kotak yang diisi dengan beton, batu, atau terkadang tanah dan pasir untuk digunakan dalam teknik sipil, lansekap, aplikasi militer, dan pembangunan jalan. Untuk bendungan atau dalam konstruksi pondasi, digunakan struktur logam berbentuk silinder. Dalam konteks militer, bronjong berisi tanah atau pasir digunakan untuk melindungi artileri dari tembakan musuh, pencari ranjau, dan infanteri. Kegunaan lain termasuk dinding penahan, pelatihan sungai, atau saluran hidup, penyaringan lumpur dari limpasan, untuk bendungan kecil atau permanen/sementara. Pemerintah Republik Korea Selatan menggunakannya untuk mengarahkan kekuatan aliran air banjir di sekitar struktur yang rentan dan mengembangkan bronjong untuk melindungi tanah longsor dan mencegah penyebaran dan limpasan tanah dan menggunakan kawat untuk jangka panjang. Di Gunung Umyeon, di sekitar bronjong juga banyak ditanami pohon sebagai cara untuk memperlambat aliran air.
3. Check Dam dan Slate Erosion Control Dam