Lihat ke Halaman Asli

Menguji Kesabaran Erick Thohir

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14158414961677024500

Hidup memang selalu penuh dengan dua sisi. Ada suka ada sedih. Ada bahagia ada nestapa. Dan itu sering terjadi secara bersamaan. Hal ini juga sepertinya yang sedang dihadapi oleh Erick Thohir, Presiden Inter. Persib klub yang disokongnya sukses menjadi juara Indonesia tetapi Inter,klub yang telah dimilikinya, sedang dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan.

Setelah memperoleh enam poin hasil dari dua kali penalti Mauro Icardi ketika menekuk Cesena dan Sampdoria, La Beneamata kembali kepada hasil minor. Kalah di kandang Parma, imbang di Liga Europa melawan St Ettiene lalu yang terbaru adalah kembali imbang di Giuseppe Meazza versus Hellas Verona. Thohir yang menyaksikan langsung di stadion tak dapat menyembunyikan kegundahan. Dia sadar Inter sedang membutuhkan perhatiannya.

Tifosi menyuarakan agar Pelatih Walter Mazzarri segera dipecat. Yang menulis surat terbuka ke Thohir pun ada. Saat melakukan acara nonton bareng di Jakarta bersama Inter Club Indonesia, Thohir telah merasakan sendiri bagaimana keinginan dari sebagian besar Interisti agar Inter segera berganti pelatih. Interisti gerah dengan taktik dan strategi yang diterapkan oleh Mazzarri. Formasi tiga bek menjadi biang utama kritikan. Kegagalan Gian Piero Gasperini dengan tiga beknya masih membayang. Pola serangan melalui sayap juga dianggap terlalu monoton. Interisti mengharapkan Inter bermain lebih greget dan menghibur. Kenangan di jaman Massimo Moratti pun kembali terpampang, tifosi berharap Inter segera berganti pelatih. Moratti memang terkenal dengan ‘hobby’ nya memecat dan mengganti pelatih.

Sejak mengambil alih kursi presiden di tahun 1995, telah 20 nama pelatih yang dikontrak oleh Moratti. Dari Ottavio Bianchi hingga Walter Mazzarri. Roberto Mancini yang dipandang sangat sukses di Inter saja tetap diberhentikan oleh Moratti karena kegagalan di kancah Eropa. Demikian juga dengan Hector Cuper yang hanya nyaris memperoleh scudetto. Sekelas Marcelo Lippi juga tak kuasa menahan catatan buruk yang bakal ada di curriculum vitae nya : Dipecat Inter. Sebenarnya setelah Jose Mourinho pergi, budaya Inter yang gonta-ganti pelatih ini telah dapat diprediksi. Dan terbukti, tahun2010 Mourinho memberikan treble berturut-turut : Rafael Benitez, Leonardo, Gasperini, Claudio Ranieri, Andrea Stramaccioni dan Mazzarri gantian menukangi Inter.

Memecat pelatih adalah hal yang sangat mudah dilakukan oleh Moratti kala itu. Padahal untuk urusan pemain, Moratti sangat sayang. Sering dianggap Bapak oleh para pemainnya, Moratti dengan setia mendekap Javier Zanetti, Alvaro Recoba, Ronaldo, Youri Djorkaeff, Esteban Cambiasso hingga Marco Materazzi dalam kurun waktu yang lama. Bahkan untuk pemain yang bengalpun, Moratti tetap tak berkeberatan mengayomi. Mario Balotelli, Adriano dan Christian Vieri misalnya.Moratti juga akan tetap membiarkan pemainnya yang harus absen lama karena masalah pribadi. Nicolas Burdisso sempat mengalami problem keluarga dan hanya makan buta, tapi Moratti tidak memecat dan dengan sabar menanti hingga urusan Burdisso selesai. Lihat juga bagaimana usaha Moratti merekrut Maxwell saat sang pemain sedang cedera. Tak ada pemilik klub yang mau mengontrak pemain ketika pemain tersebut sedang cedera. Lutut pula, tapi Moratti mampu melakukannya.

Sehingga dapat dibilang Moratti sangat loyal kepada pemain tapi ‘brutal’ kepada pelatih.

Sebenarnya Mazzarri tidak buruk-buruk amat. Musim lalu dia sukses memenuhi target lolos ke Europa League. Tapi Inter adalah tim besar dengan ekspektasi yang besar. Tidak berada di papan atas dan tidak berlaga di Champion League terasa sangat ganjil. Bukan Inter yang sepuluh tahun terakhir. Apalagi dengan pemilik baru tentu wajar jika sebagian besar Interisti berharap Inter dapat seroyal Manchester City atau Paris Saint Germain. Interisti berharap Inter tetap di jajaran elite bukan menuju kearah klub medioker. Mungkin juga banyak Interisti yang takut jika Inter akan mengalami degradasi. Karena Thohirtelah melakukan perombakan di area manajemen komersial Inter, maka ada harapanThohir juga akan melakukan perombakan di sisi teknis. Setelah melepas Marco Branca, mengganti Mazzarri adalah keputusan yang dinantikan oleh sebagian Interisti.

Lalu apakah mengganti pelatih adalah solusi? Bisa jadi. Tak jarang sebuah klub naik prestasinya seiring dengan pergantian dari segi teknis. Tapi banyak juga yang justru masih terpuruk. Manchester United meski telah memecat David Moyes dan mengganti dengan pelatih yang dianggap lebih hebat dan bergaji lebih besar tetapbelum mampu mengangkat ‘derajat’ setan merah sejauh ini. Padahal Louis van Gaal telah dibelikan pemain baru yang mahal-mahal. Bahkan Gaal mengatakan butuh tiga tahun untuk mengangkat kembali United.

Buat saya pribadi, kehadiran Thohir diharapkan membawa budaya yang baru. Inter harus lebih bersabar terhadap kinerja pelatih. Mazzarri juga tak buruk-buruk amat meski memang kadang cara bermain tim sedikit menjemukan. Tapi tak bisa juga Mazza disebut pelatih kacangan. Memecat pelatih adalah solusi mudah tapi hasilnya kemudian tetaplah sebuah perjudian.

Harus dapat dibedakan juga mengapa dahulu Moratti sering memecat pelatih. Hal itu perlu dilakukan karena pemain Inter semuanya adalah pemain bintang yang mahal. Sehingga bila hasil buruk yang didapat maka yang salah pasti pelatih.

Tapi kini agak berbeda. Pemain Inter minim bintang kelas atas. Kekuatan Nemanja Vidic sudah sedikit memudar seiring dengan tambahnya usia. Dengan salary cap maka punggawa Inter bukanlah sekelas Gareth Bale. Mazzarri pada posisi yang tidak mudah. Di benaknya mungkin dia menyadari skuad Inter yang sekarang tak cukup sementereng Napoli dengan Edinson Cavani, Marek Hamsik dan Ezequiel Lavezzi yang pernah dia nahkodai.

Sehingga menurut saya ada baiknya Thohir berpikir lebih dalam jika akan memecat Mazzarri. Apalagi kondisi keuangan Inter sedang pada tahap yang kurang baik. Thohir dan tim manajemennya bahkan harus menjelaskan langsung ke UEFA tentang masalah ini. Financial Fair Play adalah kenyataan yang harus dihadapi. Mempertahankan Mazzarri dan memenuhi tuntutannya dalam transfer pemain di Januari dapat menjadi opsi yang dikedepankan. Inter saat ini tak hanya soal 2 x 45 menit tetapi juga hal lain di belakangnya yaitu masalah finansial.

Semua pasti ingin yang terbaik, yang terbaik buat saya adalah mempertahankan Mazzarri hingga akhir kontrak sambil menunggu pelatih impian Diego Simeone pada kondisi free. Giovanni Trapattoni dan Sandro Mazzola juga memberikan dukungan kepada Mazzarri. Memecat di tengah kompetisi hanya akan membawa pada kelimbungan tak berkesudahan. Padahal yang dibutuhkan Inter sekarang adalah kestabilan. Scudetto juga sudah menjauh dari jangkauan. Pemain kompak berada di belakang Mazzarri sehingga suasana tim sangat bagus. Yang dibutuhkan Mazzarri adalah keberuntungan. Seperti yang Mourinho bilang,”pelatih hebat kalah dengan pelatih beruntung”. Dengan keberuntungan dalam pertandingan berikut dan fit nya seluruh pemain Inter bukan tak mungkin hasil positif akan didapat. Khususnya saat Derby della Madonnina di giornata mendatang.

Semoga Thohir mampu bersabar. Semoga Thohir makin bersemangat untuk mewujudkan cita-citanya kembali membawa Inter ke level atas Eropa.

Lalu apakah Interisti juga siap bersabar? Tergantung Interista tipe seperti apa Anda. Jika trophy menjadi ukuran maka buang jauh-jauh apa itu kesabaran.Atau karena sepaham dengan Mr Trap dan Mazzola, maka saya sudah bisa dianggap sebagai Interista kolot, Interista tua?

Hahaha…Memang gak mudah menjadi Interista.

Inter Form is temporary but Interista is permanent. Forza Inter !!!

@joretni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline