Lihat ke Halaman Asli

Negeri Dikepung Bencana

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belum lagi kering air mata duka akibat erupsi gunung Sinabung, air mata ini dipaksa untuk kembali berderai ketika melihat gunung kelud memuntahkan isinya dan menebarkan teror untuk masyarakat disekitarnya. Sebelumnya, hujan deras yang membasahi ibu kota mengakibatkan ibu kota tergenang air dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Begitu juga hujan yang terjadi di Manado yang tidak hanya menimbulkan kerugian harta benda namun juga menimbulkan korban jiwa.

Ditempat penulis berdiri sekarang juga bukan merupakan tempat yang aman dari bencana. Kabut asap sedang menyelimuti kota pekanbaru akibat kebakaran hutan yang terjadi di daerah sekitarnya. Tanggal 15 Februari 2014 jumlah titik api yang terdapat di wilayah Riau tercatat sekitar 661 titik api, jelas bukan merupakan jumlah yang sedikit karena untuk wilayah Sumatera titik api di Riau merupakan yang terbanyak. Akibatnya kualitas udara di Pekanbaru tergolong tidak sehat.

Apakah kita hanya dapat berpasrah diri dengan musibah yang terjadi. Kehilangan harta benda akibat disapu bersih oleh banjir, kerusakan rumah akibat dihempas abu vulkanik, terbaring dirumah sakit karena infeksi saluran pernapasan. Bahkan harus kehilangan orang yang kita sayangi.

Bila melihat kondisi Indonesia yang merupakan negara dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi maka sudah menjadi keharusan bagi pemegang kendali di negeri ini untuk menghadirkan konsep pembangunan negara yang berorientasi pada potensi bencana. Disamping itu masyarakat hendaknya diberikan kesadaran akan kondisi yang akan mereka hadapi. Dan yang perlu juga diingat, jangan sampai bencana yang telah terjadi dan menimbulkan korban harta benda dan nyawa hanya berlalu begitu saja, tidak ada pembelajaran yang dipetik dari itu semua untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang sama di kemudian hari.

Apabila masyarakat sudah memiliki kesadaran bencana yang tinggi dan pembangunan di negeri ini juga telah mengantisipasi timbulnya bencana, maka hujan deras yang turun dimalam hari tidak akan mengganggu waktu istirahat warga, juga letusan gunung berapi tidak akan menimbulkan korban jiwa dan tidak berdampak negative pada ekonomi warga. Malah, hujan yang turun dengan intesitas yang tinggi dapat “dijinakkan” potensi merusaknya menjadi bermanfaat bagi masyarakat. Begitu juga dengan letusan gunung berapi yang biasanya digambarkan dengan “kengerian” dapat dirubah wajahnya menjadi sosok yang dapat mendatangkan kebermanfaatan untuk masyarakat banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline