Lihat ke Halaman Asli

Y. P.

TERVERIFIKASI

#JanganLupaBahagia

Belajar "Millennial Marketing" dari Jokowi

Diperbarui: 11 April 2018   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto.kompas.com

Berdasarkan data Balai Pusat Statistik jumlah penduduk Indonesia tahun 2017 adalah 261,89 juta jiwa. Sebanyak 85 juta dari total penduduk adalah generasi milenial. Ini berarti sekitar 32,6% dari total penduduk Indonesia tahun 2017 adalah generasi milenials. Bukan jumlah yang sedikit yang bisa mempengaruhi banyak hal.

Termasuk didalamnya adalah laku tidaknya produk yang dijual oleh perusahaan, film yang diproduksi, jasa yang ditawarkan, sampai ke masalah politik dalam pemilu. Generasi yang kini berusia sekitar 15 hingga 34 tahun ini sebagian besar tentunya sudah memiliki hak pilih.

Oleh karena itu, Jokowi melakukan beberapa hal yang mengarah pada melenials. Menggunakan produk-produk yang dibuat dan juga digunakan oleh milenial. Menonton film yang ditonton milenials. Melakukan aktivitas bersosial media bahkan membuat vlog.

Terkini adalah menggunakan sepeda motor chopper hasil modif anak muda untuk memantau proyek. Yang kemudian ada peristiwa viral yaitu ketika jokowi didekati milenials muda berusia 19 tahun yang bertelanjang dada.

Sebagai kepala negara tentau Jokowi ingin mempromosikan dan memajukan generasi muda yang kreatif. Namun sebagai politikus tentu Jokowi tidak ingin suara milenials lepas dari genggaman. Apalagi setelah ada peristiwa "kartu kuning", sebuah warning bahwa ada sebagian milenials yang tidak mendukung Jokowi.

Memang sebaiknya Jokowi harus cepat mengambil sikap dengan menampilkan diri sosok yang "milenials banget".

Soal Jokowi menggunakan kaos #2019GantiPresiden, menurut saya ini juga langkah yang dilakukan Jokowi untuk mendekati milenials. Jokowi ingin menampilkan diri bahwa beliau tidak anti terhadap orang yang tidak pro kepadanya alias tidak otoriter. 

Nampaknya Jokowi menyadari betul bahwa milenilas hidup bebas tidak ada tekanan dari pemerintah seperti generasi pendahulu. Milenials sangat membenci kesewanang-wenangan dan tekanan. Jika diperhatikan, bila ada tokoh yang terlihat otoriter pasti akan dicaci maki oleh milenials di sosial media mereka dengan gayanya masing-masing. Ada yang halus ada juga yang kasar.

Generasi milenial sendiri dibagi menjadi dua. Milenials tua atau Gen Y (diatas 21 tahun) dan milenials muda atau Gen Z (dibawah 21 tahun). Untuk generasi milenials tua banyak yang sudah berkeluarga dan memiliki penghasilan diatas Rp 10 juta sebulan.  Jurus-jurus lama untuk memasarkan produk dan jasa yang diterapkan kepada generasi pendahulunya (gen x dan baby boomers) tidak lagi mempan untuk digunakan.

Mengapa bisa demikian?

Generasi milenials tumbuh disaat teknologi informasi yang berkembang pesat. Arus informasi bisa mengalir berkali lipat lebih cepat dibandingkan dengan masa muda generasi pendahulu. Apapun bisa dicari tahu dengan cepat. Apa yang terjadi di satu tempat dapat dengan cepat menyebar ke seluruh pelosok negeri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline