Lihat ke Halaman Asli

Y. P.

TERVERIFIKASI

#JanganLupaBahagia

Perubahan Ini yang Menurunkan Daya Beli

Diperbarui: 31 Juli 2017   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

larepublica.net

Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah artikel yang diposting di sosial media nya kompas. Artikel tersebut ditulis oleh pak Rhenald Kasali dengan judul "Daya Beli Terpuruk, Tetapi Jalan Semakin Macet" pada tautan berikut ini. Dari situ saya mendapat sebuah pelajaran penting mengenai identifikasi problem. 

Sebagai profesional yang bekerja pada sebuah perusahaan seringkali kita dihadapkan pada permasalahan. Dalam rapat atasan selalu bertanya mengenai masalah tersebut dan bagaimana solusinya. Sebagai Direksi perusahaan terbuka, pemegang saham dan komisaris mungkin akan menanyakan juga kondisi perusahaan dan permasalahan serta solusinya. Kita dituntut untuk memberikan jawaban yang cepat dan tepat. Namun yang sering menjadi fokus kita adalah jawaban yang cepat. 

Ketika pertanyaan yang muncul adalah "mengapa penjualan kita menurun?" atau "mengapa revenue kita menurun?" salah satu alternatif jawaban yang mudah adalah menurunnya daya beli masyarakat. Lalu setelah itu dikait-kaitkan dengan pengurangan subsidi dari Pemerintah, harga komoditas yang turun, naiknya angka kemiskinan dan pengangguran. Selalu begitu untuk jawaban singkat padat dan jelas.

Dalam artikel tersebut membuka wawasan saya bahwa sesungguhnya kita harus bisa mencari sumber akar permasalahan dan mengesampingkan dulu jawaban-jawaban "mainstream" atas permasalahan yang kita hadapi. Saya tidak mengatakan bahwa pendapat tentang menurunnya daya beli masyarakat adalah tipikal "victim", namun bila hanya menjawab seperti itu saya kira kita tidak akan maju sebagai profesional, manajemen, direksi maupun pengusaha. Kalau saya pinjam istilahnya pak Rhenald, situasi tersebut menjebak kita dalam "confirmation trap". 

Perubahan Pola

Sadar atau tidak untuk kita yang bekerja pada perusahaan, tahun tahun ini untuk pegawai Gen X banyak yang pensiun dan digantikan oleh Gen Y. Cara kerja dan gaya hidup mereka berbeda. Ada banyak ulasan mengenai hal ini, saya hanya kan memberikan contoh-contoh kecil saja.

1. Membeli Pulsa

Dulu kita membeli pulsa di konter pulsa dan bahkan rela antri dilayani dikonter tertentu karena satu dan lain hal. Sekarang kita membeli pulsa untuk handphone bisa melalui smartphone dari berbagai aplikasi. Cara bayarnya pun bisa jadi berubah, yang dulunya bayar tunai di konter pulsa sekarang pakai kartu kredit. Lebih menariknya lagi bisa bebas biaya admin dan dapat harga lebih murah dari konter pulsa konvensional. 

Membeli pulsa 50.000 di konter pulsa seringkali kita harus membayar Rp 51.000 bahkan masih ada yang Rp 52.000. Belum lagi kalau lebaran bisa naik 1 hingga 3 ribu Rupiah. Membeli diaplikasi Travel yang terkenal misalnya, kita hanya dikenakan Rp 48.000an saja dan bisa dibayar menggunakan kartu kredit. Hal ini pasti berdampak pada konter-konter pulsa konvensional (pengusaha maupun pegawainya)

2. Bermain Game (Gen Y pada khususnya)

Untuk Gen Y yang bukan gamer addict, bila bicara bermain game tentu tidak lepas dari game console seperti Playstasion dan XBOX atau game PC. Nah sekarang ada alternatif Game yang baru dengan pola ekonomi berbeda yaitu mobile games di smartphone. Kelebihan dari game ini adalah bisa dimainkan dimana saja (sepanjang terkoneksi internet) dan menyatu dengan handphone sehingga lebih praktis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline