Lihat ke Halaman Asli

Johansyah M

Penjelajah

Ada Apa Dengan Cinta?

Diperbarui: 17 Juni 2020   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

stockvault.net

Judul uraian ini bisa dikata saya copy paste dari sebuah judul film yang diiklankan di sebuah televisi swasta; Ada apa dengan cinta. Terus terang tidak pernah nonton, tapi saya telusuri sinopsisnya, ternyata film ini bercerita tentang kisah percintaan di masa SMA karya Rudi Soedjarwo dengan pemeran utamanya Nicholas Saputra dan Dian Sastrowadoyo.

Kalau hanya membaca judulnya saja memang; pertama, kita akan teringat film ini. Kedua, akan membawa imajinasi kita berselancar pada kenangan masa-masa waktu di SMA. Dan ketiga, adanya bayangan akan hubungan asmara antar dua sejoli dengan kisah cintanya yang beragam. Bahkan perfileman dan sinetron Indonesia termasuk banyak mengangkat kisah-kisah percintaan serupa. Minsalnya Cinta Segi Tiga, Nikah Yuk, Temen Kondangan, Akhir Kisah Cinta Si Doel, dan lain-lainnya.

Film seperti ini memang digandrungi, tidak saja remaja, tapi juga orang tua. Apalagi yang kisahnya mirip dengan apa yang dialami, tambah terlena dia. Dulu saat film Kuch Kuch Hota Hai booming, rata-rata penonton yang perempuan menangis menyaksikannya. Istilah (anak-anak sekarang baper (bawa perasaan).

Saya kembali ke Judul tadi; ada apa dengan cinta? Sesungguhnya menyimpan makna yang sangat luas dan dalam. Potret percintaan yang ditampilkan di atas hanya sebutiran atau hanya sekelumit dari penerjemahan manusia tentang cinta dalam menjalani episode demi episode kehidupan.

Mari coba kita menoleh sebentar ke Al Asma al Husna (Nama-nama Allah yang baik dan mulia). Setelah nama Allah, lalu diikuti dengan ar-rahman dan arrahim. Dalam kamus al-Mu'jam al Mufahras li alfazhil Qur'an, karya Muhammad Fu'ad Abdul Baqy, kata ar-rahman disebutkan sebanyak 57 kali, sedangkan kata ar-rahim sebanyak 95 kali.

Setelah sifat ini baru kemudian diikuti dengan nama-nama yang lainnya. Ar-rahman ar-rahim bermakna satu, tidak terpisah. Kedua kata ini kita dapat artikan dengan kasih sayang, bukan kasih dan sayang. Kasih sayang inilah yang menjadi sifat utama Allah Swt. Kasih sayang ini pulalah yang kemudian melahirkan dan menaungi sifat Allah Swt yang lainnya.

Sebagai contoh sifat al-malik (Yang Menguasai atau Raja Di Raja), bahwa Allah Swt menguasai seluruh aset ciptaan-Nya berdasarkan nilai kasih sayang. Ketika Dia menjadi Penguasa langit dan bumi, Dia menegaskan diri sebagai Tuhan, namun menaungi dan bertanggung jawab penuh atas semua makhluk ciptaa-Nya. Dia menjamin rejeki seluruh makhluk yang diciptakan-Nya. Jadi bukan sekedar mengusai, tapi Allah menaungi semua makhluk ciptaan-Nya.

Bahkan kasih sayang Allah Swt jauh lebih besar dari marah dan murka-Nya. Dia akan membuka pintu maaf dan ampunan kepada orang yang melakukan dosa dan kesalahan lalu melakukan taubat dan berjanji terus memperbaiki diri, karena Allah Swt Maha Pengampun dan Penyayang. Kecuali bagi mereka yang melakukan 'perselingkuhan' tauhid, menyekutukan Allah Swt, maka itu adalah kesalahan fatal dan dosa yang sangat besar.

Ada apa dengan cinta? Tenyata memang harus dengan cintalah kita dapat membangun kepribadian yang kokok. Dengan cinta pula kita dapat meraih beragam kesuksesan; cinta ilmu, cinta materi lalu kita berusaha untuknya, cinta perempuan juga lalu kita berupaya mendapatkannya, tapi tentu dengan modal cinta kepada Allah sehingga cinta yang bernuansa duniawi mendapat sentuhan kasih sayang dan ridha dari Allah Swt.

Ternyata dengan cintalah kita membangun keluarga yang mawaddah wa rahmah. Suami tanpa cinta kasih sayang pada istri dan anak akan berbuat zhalim pada mereka; berlaku kasar, tidak bertanggung jawab, berselingkuh dan sebaginya. Demikian sebaliknya. Anak pun nanti tanpa cinta mungkin akan membiarkan orangtuanya yang sudah lemah tak berdaya, sakit, dan kalau perlu diserahkan ke panti jumpo.

Ternyata modal cinta pula yang dibutuhkan atasan, pejabat, maupun pemimpin agar mereka tulus menjalankan tugasnya dan bertanggung jawab atas bawahan, maupun rakyatnya. Tanpa cinta seorang atasan akan menekan bawahan, seorang pejabat akan mengambil hak orang lain, dan seorang pemimpin akan menyengsarakan rakyatnya serta rela berkhianat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline