Di awal tulisan ini saya kembali tertarik menyoroti kekalahan Argentina atas Kroasia. Tim Tango dibantai dengan skor telak 3-0 tanpa balas. Hasil ini semakin memperkecil, peluang tim ini, bahkan nyaris mustahil untuk dapat melaju ke babak 16 besar.
Apa yang kurang dengan Argentina yang bertabur pemain bintang? Banyak yang menilai bahwa mereka bermain bukan sebagai tim, tetapi sebagai individu walau pun berada dalam sebuah tim. Padahal untuk mencapai kesuksesan dalam sebuah tim, ego personal harus disisihkan. Semua anggota tim harus mampu membangun kerja sama yang kokoh sehingga tim tersebut mampu meraih kemenangan. Apa yang dikatakan Casey Stengel terkait hal ini; 'mudah mendapatkan pemain bagus. Mendapatkannya untuk dapat bermain bersama. Namun mempersatukan mereka adalah hal yang sulit'.
Inilah pelajaran berharga yang yang harus kita camkan pada diri masing-masing. Manusia sebagai makhluk sosial, kapan dan di mana pun dalam kehidupannya tidak akan pernah lepas dari peran orang lain. Sehebat apa pun kita, tetap membutuhkan orang lain. Demikian sebaliknya, orang juga membutuhkan kehadiran dan peran kita.
Kehebatan manusia itu justru terletak pada kemampuannya membangun sebuah tim. Minsalnya dalam keluarga. Antara suami, istri, dan anak harus mampu menjalin kerja sama dengan memaksimalkan peran masing-masing. Rusaknya keluarga itu ketika salah satu dari anggota keluarga tidak menjalankan peran yang semestinya dia jalankan. Ketika suami tidak mau berusaha menafkahi istri dan anak-anaknya, atau ketika istri tidak mampu menjalankan perannya dengan baik sebagai ibu rumah tangga, maka keluarga ini tidak akan mampu mencapai cita-cita bersama yang telah dirumuskan sebelumnya.
Dalam bermasyarakat juga demikian. Antara kita dengan tetangga dan orang sekitarnya, itu sebenarnya adalah sebuah tim atau sebuah organisasi yang antara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan dan saling melengkapi. Suasana dimana kita bisa merasakan sangat membutuhkan orang lain, yakni di saat kita punya hajatan; entah resepsi pernikahan, khitanan, dan acara lainnya.
Di saat itu kita butuh orang lain. bukankah orang kaya dapat membayar orang untuk menyukseskan acaranya, tanpa keterlibatan tetangga dan orang sekitar? Tentu. Tapi bagaimana acara yang besar itu dikatakan sukses ketika orang sekitar satu pun tidak ada yang datang memenuhi undangan? Mikir!
Di mana momen yang sangat terasa bahwa kita ini membutuhkan orang lain? ketika kita ditimpa musibah, minsalnya kematian. Di saat-saat seperti ini, bukan uang atau emas yang kita butuhkan, tapi hiburan dan perhatian dari orang lain. uang tidak akan pernah memberikan ketenangan hati kita. Kenapa? Karena fitrah kita sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
Nah, ternyata diri kita juga tim. Dalam tubuh kita ada tangan, kaki, indera pelihatan, pendengaran, pembau, dan sebagainya. Masing-masing ternyata memiliki peran sendiri yang saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Dalam sebuah hadits ditegaskan bahwa, antara satu mukmin dengan mukmin yang lainnya itu bagaikan satu tubuh. Kalau satu merasa sakit, maka semuanya akan merasakan sakit. Semoga kita senantiasa tidak egois dan tetap menyadari betapa kita membutuhkan orang lain. kehebatan diri tidak akan pernah membuat seseorang untuk sukses tanpa peran orang sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H