Lihat ke Halaman Asli

Kavya

TERVERIFIKASI

Menulis

Tuhan Memberikan Kelebihan dalam Kekurangan untuk Nadia

Diperbarui: 11 Maret 2022   05:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nadia dan taekwondo (Foto: Dok Dian)

Gadis cantik berkacamata itu memperkenalkan dirinya. Berbicara dengan percaya diri, dan juga menggunakan bahasa isyarat yang biasa digunakan untuk mereka yang punya kebutuhan khusus.

Nadia namanya. Ia menyampaikan mimpinya menjadi Chef dan punya kafe sendiri. Di video itu ia juga mengatakan tentang hobinya membuat kue, yang akhirnya menjadi bisnis meski belum besar dengan merek Nadia's Kitchen. Hobby yang menjadi uang jajan dan dimasukkan ke tabungan.

Melihat Nadia yang begitu percaya diri, tak menunjukkan keminderan dengan kekurangannya, segala kesukaran yang dialaminya pada 14 tahun lalu seperti mimpi saja. Saat ia kurang menikmati masa kanak-kanaknya karena harus mondar-mandir ke dokter bersama orang tunya.

Ya, Nadia yang dilahirkan pada 19 Juni 2007 divonis menderita tuli. Penyakit tuli kongenital yang juga diderita 5000 anak di Indonesia, yang beresiko menyebabkan tuli bisu.

Berbagai terapi yang harus dilakoninya membuat seorang Nadia seperti kehilangan masa kanak-kanaknya. Ia menghabiskan banyak waktunya untuk mondar-mandir ke dokter.

Pada diri Nadia, rumah siput-nya tidak sempurna, hanya 1 putaran. Normalnya 2,5 putaran. Alat Bantu Dengar (ABD) biasa tidak membantu, jadi harus dilakukan implant cochlear (pemasangan alat elektronik khusus untuk membantu penderita gangguan pendengaran parah atau tuli agar dapat mendengar.).

Akar masalah tuli kongenital ini berada di telinga dalam, ia yang bertugas membantu keseimbangan dan menyalurkan suara ke sistem saraf pusat.

Namun pada anak yang mengalami tuli kongenital akan sulit mengolah informasi karena telinga bagian dalam tidak berfungsi.

Hal ini bisa berdampak pada keterlambatan berbicara, perkembangan kemampuan bebahasa, gangguan komunikasi, gangguan proses belajar serta perkembangan kepandaian.

Sedangkan data global menunjukkan, pada 2019 terdapat 466 juta orang di dunia hidup dengan gangguan pendengaran. Sebanyak 7 persen atau 34 juta di antaranya merupakan anak-anak.

Namun Nadia mempunyai orangtua yang berusaha memperjuangkan kesembuhannya, meski dengan mengorbankan banyak hal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline