Liga 2 2018 yang sudah berakhir, tak hanya menghasilkan PSS SLeman, Semen Padang dan Kalteng Putra sebagai tim promosi ke Liga 1 2019 tapi juga keajaiban. Ya, hanya di Indonesia itu bisa terjadi dan sepertinya dibenarkan, baik dengan pernyataan atau sikap diam PSSI.
Laga final itu terjadi di Stadion Pakansari, Cibinong, 4 Desember 2018 yang dimenangkan oleh Kalteng Putra 2-0 atas Persita Tangerang. Kalteng Putra pun merebut peringkat ketiga, menemani PSS Sleman dan Semen Padang naik kasta ke Liga 1 musim mendatang.
Namun bukan kerusuhan yang jadi "keajaiban" saat supporter Persita, memasuki lapangan, mengejar para pemain dan wasit yang mengakibatkan pertandingan terhenti .
Wasitlah yang menjadi "keajaiban" sore itu. Dalam Daftar Susunan Pemain (DSP) tertulis wasit yang memimpin laga tersebut adalah Yudi Nurcahya dari Jawa Barat. DSP ini dikeluarkan satu jam sebelum kick-off babak pertama dimulai.
DSP yang ditandatangani oleh kedua pelatih dan manajer tim serta Match Commisioner itu sudah menjadi nama final dan tak bisa diubah lagi.
Seperti dalam perebutan juara ketiga Liga 2 2017 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, 28 November 2017. PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi memastikan penunjukan wasit yang akan memimpin ditetapkan pada satu jam sebelum pertandingan. Keputusan itu dibuat untuk mencegah dari hal non teknis
Mekanisme penunjukan wasit, kata Chief Operation Officer PT LIB, Tigor Shalom Boboy, dilakukan melalui beberapa tahap. Ada sekitar 28 wasit yang ditetapkan PSSI untuk bertugas di babak 8 besar hingga final, kemudian mengerucut ke 6 nama dan akhirnya diputuskan.
Dalam final memperebutkan tempat ketiga Liga 2 2018, kejanggalan yang terjadi diunggah oleh seorang netizen dengan akun @randytanaya di akun Twitternya. Ternyata wasit yang memimpin pertandingan awalnya tidak diketahui asal usulnya.
Namun, dari tangkapan layar kaca akhirnya diketahui wasit itu adalah Novari Ikhsan Arilaha. Lebih aneh lagi, nama Ikhsan yang asal Jakarta itu bahkan tak masuk sebagai wasit cadangan yang tertulis dalam DSP.
Ikhsan bukan wajah baru bagi klub-klub, yang sayangnya kariernya banyak memiliki catatan kontroversial. Beberapa klub dan pelatih sudah lama mengeluhkan kepemimpinannya.
Semen Padang misalnya pernah meradang dalam laga terakhir babak delapan besar Grup K ISL 2014. Kinerja Ikhsan dalam pertandingan yang berakhir imbang 2-2 itu dianggap di bawah standar. Hasil tersebut membuat 'Kabau Sirah' gagal lolos ke semifinal, sementara 'Singo Edan' ke empat besar dengan status runner up.