Lihat ke Halaman Asli

Sajak Menanti Hujan

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sajak Menanti Hujan
Y. Nindito A.
Kurengkuh musim semi di taman hati
Bersemi musim yang tiada pernah kudapati
Sungguh lembut pelukan mentari
Dan untukku, kamulah mentariku

Telah lama suatu kehangatan kurindu
Selagi muram dingin musim baru kulewati
Kegelapan telah terbang menjauh
Inilah ku alami musim semi terindah
Dari yang pernah ada

Bicaralah padaku dalam sunyi
Cukuplah rona matamu saja!
Ku berikan padamu lagu ini
Semua ini begitu sulit ku ungkapkan
Hingga pada waktunya, terang 'kan berikan jawabnya

Aku berkata padamu
Telah kurasakan begitu dingin musim yang lalu
Sampai ku pikir tak'kan pernah ia hilang dariku
Ku ucapkan serapah pada semua gelap yang ada

Dan ku katakan padamu
Aku telah tahu
Bahwa aku begitu cinta kamu

Inilah musim bersemi bunga-bunga
Selayaknya musim, ia bersemi dan berguguran
Inilah saat jiwa seakan lautan bergelora
Inilah saat arti pujaan dinyanyikan semesta
Selagi ku lihat lilin kecil terangi gulitaku

Misteri ini tak dapat dijawab akal semata
Sampai rintik hujan kembali melukis segalanya
(2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline