Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Bikin Buku yang Berkualitas

Diperbarui: 29 September 2020   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Jika Anda bukan raja yang bisa mewariskan tahta. Atau Anda bukan orang kaya yang bisa mewariskan harta. Maka jadilah penulis yang bisa mewariskan pengetahuan bagi generasi mendatang. Itu adalah pernyataan awal saat menghadiri Focus Group Discussion atau FGD di Sragen. 

Tanah air tempat saya dilahirkan. Di hadapan teman-teman, khususnya pegiat sejarah. Kita sedang punya gawe untuk menerbitkan buku kompilasi cerita rakyat di Kabupaten Sragen Jawa Tengah. 

Banyak orang belum tahu, bahwa prosedur bikin buku tak semudah memilih buku bagus di rak buku. Buku-buku yang ditata sedemikian itu merupakan hasil akhir dari proses panjang. Penuh ketelitian dan juga kesabaran. 

Buku cetak sangat berbeda dengan tulisan di media sosial atau internet. Begitu terdapat kesalahan, tulisan di medsos mudah diedit atau disunting dan juga dihapus. Namun, buku cetak tak bisa melakukan tindakan seperti itu. Satu huruf saja salah maka semua buku juga salah. Ngeri banget dampaknya.

Karena itulah, prosedur cetak buku melewati beragam pintu. Begitu naskah masuk, diteliti untuk diketahui kualitas isi. Hasilnya layak dilanjutkan atau tidak. Jika tidak layak, naskah dikembalikan ke penulisnya. 

Jika layak, dilanjutkan ke tahap penyuntingan naskah. Editor menyunting naskah mentah. Diteliti ejaan, tanda baca, dan kemenarikan tata kalimat. Butuh waktu dan kecermatan yang luar biasa. Karena itulah, biasanya editor butuh waktu yang agak lama. Begitu selesai, naskah dikirim ke setter dan lay outer. 

Setter menata naskah mentah ke format buku. Foto dan ilustrasi dimasukkan. Diatur secara proporsional. Hingga akhirnya jumlah halaman diketahui. Setelah itu, dicetak dummy dan dikirim lagi ke editor untuk diteliti lagi. Lagi-lagi editor bekerja keras agar tidak ditemukan kesalahan lagi. Jika ditemukan kesalahan, dummy dikembalikan ke setter untuk diperbaiki. Begitu seterusnya hingga benar-benar benar tanpa ada kesalahan sekecil apa pun. Begitu dummy sudah dinyatakan fix, barulah dicetak massal. 

Lebih baik sedikit terlambat untuk mendapatkan buku yang berkualitas daripada terlalu cepat tapi berisiko besar. Apalagi kesalahan cetak bisa berdampak hukum. Ini yang harus diantisipasi para editor. Karena itulah, jangan biasakan mengkritik buku karya orang lain tanpa solusi. Jangan biasakan minta buku gratis kepada penulis. Hargailah karyanya lewat apresiasi terhadapnya. Entah apa wujud dari apresiasi itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline