Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Harapan Guru kepada Mendikbud Baru

Diperbarui: 25 Oktober 2019   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa hari lalu, Pak Nadiem Anwar Makarim dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Beliau ditunjuk untuk menggantikan posisi Pak Muhadjir Effendi. 

Banyak pihak menaruh harapan, khususnya guru, kepada Mendikbud baru ini yang konon menjadi menteri termuda sepanjang sejarah Indonesia. Lalu, apa saja yang diharapkan guru kepada Mendikbud baru?

Pertama, lakukan segera perampingan pelajaran di sekolah. Berkiblat ke pendidikan di negara-negara maju, ada penjenjangan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Dimulai dari tingkat TK dan SD kelas rendah (kelas 1-3), berikanlah pendidikan karakter. 

Jangan berikan buku-buku tematik yang tebal dan beratnya minta ampun. Lalu, berikanlah pelajaran dasar bagi anak-anak SD kelas tinggi (kelas 4-6) dengan materi yang sepadan dengan perkembangan psikologinya. Jangan diberikan pelajaran yang bikin anak-anak jenuh alias bosan.

Kedua, sederhanakan pelajaran di jenjang SMP dan SMA/ SMK. Berikanlah pelajaran yang bisa bermanfaat bagi masa depan mereka. Jangan diberikan pelajaran yang mubadzir alias buang-buang waktu, energi, uang, pikiran, dan emosi anak-anak. 

Untuk jenjang SMP, cukup pengetahuan dasar yang bisa mengarahkan mereka ke eksplorasi bakat dan minatnya. Lalu, di jenjang SMA, berikan pelajaran yang bisa mengeksplorasi rasa ingin tahu dan cipta-karsa anak-anak. Jangan diberikan pelajaran yang bikin mumet anak, tapi tidak berguna bagi masa depan mereka.

Ketiga, tata kembali jurusan di perguruan tinggi. Sumber dari segala sumber masalah pendidikan, menurut saya, berawal dari mudahnya kran program studi dibuka. 

Sejak kesejahteraan guru ditingkatkan melalui sertifikasi guru, sontak semua perguruan tinggi membuka jurusan keguruan. Akibatnya fatal. Antara kebutuhan guru dan jumlah murid tidak sebanding. 

Mestinya jumlah guru baru yang baru lulus dari perguruan tinggi bisa langsung dditerima di sekolah untuk mengajar. Namun, sekolah tak lagi kuat menanggung mereka karena jumlah siswa terbatas.

Keempat, secepatnya dilakukan pemetaan guru. Banyak guru baru lulus dan nganggur. Sementara itu, sekolah-sekolah di perkotaan berlebihan guru, sedangkan sekolah di pinggiran. Artinya, terjadi salah pemetaan kebutuhan guru. 

Bagi guru yang berstatus PNS/ASN, segera lakukan pemerataan ke seluruh pelosok nusantara. Jika menolak, berikan sanksi tegas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline