Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Mestinya Orang Betawi (dan Jakarta) Berterima Kasih kepada Jokowi

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Orang yang memiliki visioner tentu akan berusaha memberikan harapan baru demi tercapainya sebuah situasi yang kondusif untuk jangka panjang. Orang-orang yang visioner biasanya berpikir panjang seraya meninggalkan pikiran pragmatis. Orang-orang yang visioner sering bertingkah aneh sehingga sulit diterima akal orang-orang kebanyakan. Namun, orang-orang visioner akan menjadi tokoh idola bagi kebanyakan orang meskipun orang tersebut tidak mengenal langsung tokoh idolanya. Dan tokoh visioner itu adalah Pak Joko Widodo alias Pak Jokowi.

Jauh sebelum ramai dibicarakan banyak orang (di Indonesia dan dunia), Pak Jokowi bukanlah orang istimewa. Pak Jokowi sama sekali tidak dianggap sebagai sosok yang memiliki visioner. Paling yang mengenal Pak Jokowi dengan baik hanyalah karyawan pabrik mebelnya. Maka, Pak Jokowi belum mendapat banyak dukungan ketika akan mencalonkan diri sebagai Walikota Solo.

Namun, betapa dahsyatnya Pak Jokowi. Dalam rentang waktu kurang dari lima tahun pertama sebagai Walikota Solo, semua orang Solo pasti mengenal akrab walikotanya yang suka blusukan ke lorong-lorong dan gang-gang sempit sambil naik sepeda onthel. Tak ayal sosok Jokowi makin dekat di hati rakyat Solo. Dampaknya teramat terlihat pada Pemilukada Solo. Untuk masa jabatan kedua, Jokowi berhasil meraup suara lebih dari 90%. Sosok Jokowi pun dikenal luas ke seluruh Soloraya, Jawa Tengah, Indonesia, dan dunia. Kini, Jokowi menjadi salah satu nominator Walikota Terbaik dunia!

Beberapa waktu lalu, saya terusik dengan sebuah tulisan yang mengupas sepak terjang Pak Jokowi dan Pak Ahok. Tulisan itu seakan menyindir dan mencibir keinginan pasangan itu untuk mengabdikan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Bahkan, saya tersinggung dengan jawaban atas komentar yang diberikan kompasianer lainnya. Komentar itu berbau SARA dan cenderung berkonotasi buruk karena menganggap Pak Jokowi dan Ahok rakus harta dan jabatan.

Jujur saja, saya geram dengan komentar itu. Mengapa sahabat saya itu memiliki pendapat demikian? Menurutku, pendapat itu terkesan sangat tendensius dan kerdil. Pendapat itu tidak disertai dengan kajian yang mendalam sehingga mengaburkan esensi atas diri Jokowi-Ahok. Maka, saya pun menuliskan komentar di sana: Seharusnya orang-orang Betawi dan Jakarta berterima kasih kepada Jokowi Ahok. Beliau meninggalkan jabatan yang saat ini diembannya demi kemajuan Jakarta. Jika pasangan itu haus kekuasaan dan materi, mestinya pasangan itu justru menumpuk kekayaan pada akhir jabatannya. Namun, apa yang dilakukan Jokowi-Ahok.

Sebagai pembanding, saya menuliskan komentar, “Saat ini, saya guru. Karena memiliki prestasi bagus, saya dijadikan Wakil Kepala Sekolah. Selanjutnya, saya diberi kepercayaan menjadi kepala sekolah. Atas prestasi sebagai kepala sekolah, saya pun diangkat menjadi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Terus karier itu berlanjut hingga mentok menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Atas beragam prestasi karier itu, apakah Anda akan menyebutku sebagai kutu loncat.

Justru orang yang berprestasi mestinya diberi kepercayaan untuk mengelola negeri ini. Bukan rahasia lagi bahwa bangsa ini memerlukan figur pemimpin yang dapat menjadi teladan. Nyaris kita tidak memiliki figur pemimpin bangsa yang kredibel, akuntabel, dan kredibel. Jika kondisi itu terus dibiarkan, seperti apakah bangsa kita ini ke depannya?

Maka, seharusnya orang-orang Betawi dan warga Jakarta perlu menyampaikan ucapan terima kasih dan dukungan kepada Jokowi-Ahok. Seharusnya warga Jakarta tidak berpikir primordial. Warga Jakarta sudah merasakan kepemimpinan sebelumnya. Cobalah warga Jakarta memerhatikan perubahan yang terjadi. Apakah terjadi perubahan ke arah positif ataukah justru terjadi perubahan ke arah negatif dengan kepemimpinan gubernur saat ini? Hanya warga Jakarta yang dapat menilai kepemimpinan sebelumnya.

Teriring salam,

Johan Wahyudi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline