Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Wanita Lautan Kebaikan

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita memang diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang indah dan menyenangkan. Kita mudah menemukan lukisan tentang wanita. Kecantikannya, kerajinannya, kesederhanaannya, penampilannya, dan bahkan segala aktivitasnya. Ketika lukisan sudah terpampang, kita pun terkagumkan. Luar biasa indahnya.

Demikian halnya tentang kepandaian wanita untuk menyenangkan orang lain. Ketika masih berumur balita, wanita telah menunjukkan kelihaiannya dengan menimang si anak. Pada awalnya, anak menangis meraung-raung. Namun, anak itu terdiam, bahkan tertawa, karena mendengar suara merdu sang ibu. Luar biasa. Wanita memang makhluk yang teramat menyenangkan.

Tiga hari terakhir, saya disibukkan dengan beragam aktivitas. Nyaris saya tak bisa meluangkan waktu untuk beristirahat: bekerja dan bekerja. Satu pekerjaan terselesaikan disusul pekerjaan lainnya. Terus datang silih berganti. Dan pada saat itulah, kejenuhan mulai mendera.

Rabu (28 Maret 2012), sekitar jam 12.00, saya mendapat telepon dari penerbit. Chief Editor memintaku untuk segera merampungkan revisi buku. Tentu saja saya teramat kaget karena informasi awal menyebutkan bahwa revisi itu harus dirampungkan hingga awal April 2012. Oleh karena itu, saya agak bersikap santai dan tidak tergesa-gesa untuk segera merampungkan revisi itu. dan Chief Editor itu memintaku agar besok (Kamis, 29 Maret 2012), semua naskah harus diserahkan.

Waduh, berat sekali saya memegang kepercayaan penerbit. Saya memang berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan penerbit itu. Oleh karena, saya pun berusaha memberikan naskah-naskah terbaikku untuk diterbitkan di sana. Dari sekian banyak buku, mungkin saya menitipkan 85% naskahku untuk diterbitkan. Atas permintaan Chief Editor penerbit itu, saya pun menyatakan sanggup menyelesaikan revisi itu. Saya sanggup menyerahkan semua naskah revisiku esok harinya.

Karena masih berada di kantor, saya langsung menghubungi istriku. Saya menceritakan permintaan penerbit. Selanjutnya, saya ingin menyelesaikan semua pekerjaan di rumah nenek alias ibu kandungku. Saya meminta istriku agar menjaga anak-anakku jika mereka bertanya tentang ayahnya. Dan istriku pun mengiyakan kabar itu.

Sekitar jam 13.00 berikutnya, saya langsung pergi ke rumah ibuku. Langsung saja saya menyampaikan keinginanku bahwa siang, sore, hingga malam ini, saya akan bekerja di rumah nenek. Dan tentu saja nenek alias ibuku sangat senang mendengar kabar itu. ibuku pun memersilakanku untuk bekerja.

Saya pun langsung mengaktifkan netbok kesayanganku. Saya langsung tancap gas untuk merevisi semua naskahku. Di dapur, terlihat ibuku menyiapkan minuman hangat. Lalu, terlihat pula ibuku menyiapkan makan siang di dapur. Tak lama kemudian, ibuku menghidangkan minuman dan makan siang. “Waduh, gimana nih. Kerja belum rampung, makan siang sudah terhidang” batinku. Dan saya menghentikan kegiatanku sesaat.

Langsung saya menyantap semua hidangan yang disediakan ibuku. Jarang saya makan di rumah ibuku. Oleh karena itu, ibuku terlihat sangat senang melihat saya lahap menyantap makan siang itu. “Tanduk, yo. Isih akeh nasi karo lauk’e” ucap ibuku ketika melihatku sudah selesai makan siang. (= nambah, ya. Masih banyak nasi dan lauknya). Saya menjawab permintaan ibu sambil mengelus perutku yang membuncit. Ibuku tersenyum. Dan saya pun kembali bekerja.

Adzan ‘asyar, maghrib, isya, dan subuh terdengar melantun merdu dari masjid di sebelah rumah ibuku. Ketika adzan itu terdengar, saya pun bergegas menunaikan kewajibanku sebagai muslim. Saya bermohon kepada Allah SWT agar berkenan memberikan kekuatan sehingga saya dapat menyelesaikan pekerjaan itu tepat waktu.

Di sela-sela saya bekerja, terlihat ibuku juga menyibukkan diri. Ibuku terlihat membeli ini dan itu. Lalu, terlihat ibuku menyediakan beragam penganan dan minuman hangat di sampingku. Saya senyum-senyum saja menyambut hidangan itu. Dan terus saja saya bekerja sambil sesekali saya menikmati camilan yang disediakan ibuku. Dan pada Kamis pagi, sekitar jam 04.45, semua naskah revisi itu terselesaikan.

Saya sempat kaget dengan terselesaikannya tugas itu. “Kok bisa, ya?” batinku. Mengapa saya bertanya ke batinku demikian? Karena saya semalaman tak tidur barang semenit pun! Saya berjaga dan bekerja terus-menerus merevisi naskah tanpa beristirahat sama sekali. Jika kejenuhan muncul, kadang saya menyempatkan diri membaca kompasiana dengan HP jadulku.

Tentunya saya dapat menyelesaikan tugas ini karena dibantu orang lain. Tak lain adalah ibuku. Ya, saya beranggapan bahwa keberhasilanku menyelesaikan tugas ini karena dibantu ibuku. Sepintas ibuku mungkin hanya menyediakan makanan dan minuman. Namun, sesungguhnya saya meyakini bahwa ibuku pastilah mendoakan usahaku yang sedang menyelesaikan pekerjaan ini. Terima kasih, Ibuku. Bantuan dan doamu sungguhlah teramat bermanfaat bagiku. Sungguh Engkau adalah lautan kebaikan. Ananda berdoa semoga Engkau selalu diberikan kesehatan, kemudahan, dan juga kemuliaan dari-Nya. Amin.

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline