Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Yuk, Kita Belajar Berhemat

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1328079242586737336

[caption id="attachment_167665" align="aligncenter" width="629" caption="Air adalah sumber kehidupan sehingga perlu dijaga kelestariannya."][/caption]

Mungkin kita tidak pernah terlintas bahwa keadaan akan cepat berubah secepat kilat. Jika perubahan ke arah positif, tentunya kita menyambutnya dengan suka cita. Kadang kita mengadakan pesta segala. Namun, sungguh kita dibuat syok alias terkejut jika perubahan itu menuju situasi negative. Mungkin kita akan putus asa sehingga menyebabkan depresi. Pada akhirnya, bias jadi kita terkena serangan jantung karena ketidaksiapan menerima perubahan itu. Becermin dari itulah, saya mengajak diri dan para sahabat untuk bersikap hemat. Ya, bersikap hemat.

Beberapa hari terakhir, saya sering melihat suatu keadaan, baik di rumah, kantor, jalanan, atau, bahkan mungkin di rumah tetangga. Saya melihat begitu banyak kelakuan pemborosan. Ya, sikap boros telah menjiwa sehingga tanpa sadar kita telah berhura-hura untuk sesuatu yang tiada guna. Bahkan, sebenarnya kehura-huraan itu menjadi petaka bagi yang lain. Maka, mari kita mencoba menelaah dari sekian identifikasi pemborosan yang telah kita lakukan.

Pertama, boros air. Tadi pagi, saya bermaksud buang air kecil di kantor. Mungkin dipengaruhi udara nan dingin karena diguyur hujan semalaman, saya ingin secepatnya tiba di kamar kecil alias toilet. Begitu masuk, saya teramat terkejut. Air bak mandi meluap hingga meluber ke mana-mana. Saya tidak mengetahui asal mulanya. Bias jadi air meluap itu sejak semalaman. Dan itu jelas pemborosan yang teramat sangat.

Kedua, boros listrik. Pemborosan listrik dapat terjadi di mana-mana. Di kantor, computer menyala meskipun tidak digunakan. Lampu pun menyala terang meskipun waktu sudah siang. Di jalanan, penerangan jalan umum terlihat menyala karena pirantinya rusak dan tak segera diperbaiki. Di rumah, kita kadang memiliki peralatan listrik yang melebihi kebutuhan. Mungkin kitam memasang lampu dan menyalakannya, tetapi kita sering lupa mematikannya. Kita pun memiliki televise lebih dari satu. Semacam untuk gengsi, televise itu dihidupkan bersamaan meskipun berbeda kamar. Kadang pula kita menyetrika pakaian yang hanya terdiri beberapa helai. Perilaku-perilaku itu terkategori tindakan pemborosan listrik.

Ketiga, boros BBM. Kemacetan sering terjadi di setiap kota besar. Kemacetan itu jelas disebabkan ulah manusianya. Mereka sering menggunakan mobil meskipun hanya dikendarai sendirian. Mobil itu mestinya dinaiki 3-5 orang tetapi justru mobil itu berjalan mengantar sang sopir. Maka, solusi mengatasi kemacetan kota besar sebenarnya cukup dimulai dari sikap sederhana dengan menggunakan mobil berdasarkan kepentingan.

Keempat, boros bicara. Begitu mudahnya mulut mengeluarkan suara tanpa memedulikan lingkungan. Begitu mudahnya mulut mengeluarkan statemen yang kadang menyebabkan situasi menjadi kian tak terkendali. Jika tidak bias berbicara baik, sebaiknya kita bersikap diam. Begitulah nasihat bijak itu menegur kita. Di banyak tempat, saya lebih suka menjadi pendengar yang baik daripada belajar menjadi pembicara.

Kelima, boros waktu. Satu harta tak ternilai adalah waktu alias kesempatan. Banyak orang berusaha mencari waktu. Namun, begitu banyak orang justru membuang-buang waktu. Mereka terlihat membuang-buang kesempatan seraya melakukan tindakan tiada guna. Mereka enggan berpikir bahwa waktu tak dapat diputar ulang. Begitu berlalu begitu pula menjadi masa lalu. Maka, alangkah baiknya jika kita menggunakan setiap detik waktu dengan hasil yang bermanfaat.

---

Hari-hari terakhir ini, saya sering dibuat tercengang. Terkejut oleh beragam perilaku-perilaku sahabat, rekan, dan juga teman. Begitu mudahnya mereka menganggap remeh terhadap sesuatu. Mereka terlupakan bahwa gunung itu berawal dari sebuah bongkahan batu. Mereka terlena bahwa banjir besar itu berawal dari setetes air hujan. Jika masalah kecil dibiarkan, tentunya masalah itu akan membesar. Dan jika masalah itu membesar, tunggulah letusannya yang mungkin akan menenggelamkannya. Yuk kita menjauhi sikap boros!

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Sumber gambar: Sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline