Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Dua Kunci Surga: Mudah Dikerjakan tapi Sering Diabaikan

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1325901963919042488

[caption id="attachment_161896" align="alignleft" width="300" caption="Murah senyum dan berucap salam dapat menjadi kunci surga."][/caption]

Semua orang pasti berkeinginan untuk masuk surga. Tak ada seorang pun ingin masuk neraka. Sejahat apapun orangnya, pastilah ia tetap berkeinginan masuk surga dan takut masuk neraka. Oleh karena itu, ia berusaha untuk bertaubat sebelum ajal menjemput. Mudah-mudahan ia berkesempatan untuk menikmati indahnya surga. Amin.

Ternyata, untuk menjadi penghuni surga, itu tidaklah sulit. Kita mudah masuk surga jika benar-benar berniat untuk masuk surga. Banyak hal dapat dilakukan agar tercatat sebagai amal kebaikan: menjaga ibadah wajib, rajin bersedekah, gemar menolong, berdzikir saban malam dan lain-lain. Dari kesekian banyak amalan itu, saya tergerak untuk menuliskan dua hal sebagai kunci surge: murah senyum dan berucap salam.

Ternyata, dua hal itu dapat menjadi kunci surga. Keduanya begitu mudah dilakukan tetapi begitu sering diabaikan. Maka, marilah kita merenungkan keduanya agar dapat menjadi inspirasi sehingga kita selalu berusaha mengamalkannya.

Murah Senyum

Apa sih susahnya kita selalu tersenyum? Sesusah apapun, sesungguhnya Tuhan pasti memberikan jalan keluar. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan sebuah ujian yang melebihi batas kemampuan makhluk-Nya. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berkeyakinan kuat untuk menjaga niatan agar tetap berusaha tampil dengan senyum tersungging di bibir. Hendaknya kita tidak menekuk muka sebagai simbul kekurangpercayaan diri. Tampilkanlah wajah yang sumringah, cerah, dan sedap dipandang!

Ketika bertemu dengan teman, tebarkanlah senyum meskipun berjibun masalah menunggu kita. Hendaknya kita tidak menampilkan diri yang sedang dilanda duka. Teman pastilah akan mengapresiasi sambutan kita yang ramah. Senyum nan ramah sudah berkemampuan untuk menjadi “hidangan” lezat bagi tamu kita.

Berucap Salam

Sering kita langsung berucap “halo” ketika menerima atau memanggil seseorang melalui HP. Kita begitu sering melupakan makna salam. Sering pula kita berkirim SMS tanpa didahului “Assalaamu’alaikum”. Maka, tentunya kebiasaan itu menjadi kurang baik karena kita tidak atau kurang menyukai kebiasaan saling mendoakan.

Berucap salam adalah kegiatan menebar kebaikan karena salam mengandung doa keselamatan yang teramat baik. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berucap salam untuk setiap kegiatan. Ketika bertemu, marilah kita selalu saling mendahului berucap salam. Ketika bertelepon atau menerima telepon, marilah kita selalu saling mendahului berucap salam. Ketika berkirim SMS atau surat, marilah kita selalu menuliskan salam sebelum menyampaikan isi.

Jika kita gemar menebar kebaikan melalui dua kegiatan di atas, yakinlah bahwa Tuhan akan mencatat dan pasti mencatatnya sebagai amalan kebaikan bagi kita. Dua kegiatan yang begitu mudah dilakukan untuk menumpuk kebaikan. Lalu, apakah kita masih berusaha menghindari keduanya? Rasa-rasanya kita akan menjadi pribadi yang merugi. Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang merugi. Amin!

Sumber gambar: Sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline