Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Waduh, Pacaran Kok di Pinggir Jalan

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Benar-benar memalukan. Remaja atau anak sekolah sekarang benar-benar nyaris tak punya malu. Mereka sudah berani berpacaran secara terang-terangan. Tidak hanya bersentuh atau bergandeng tangan, tetapi mereka berani tidur-tiduran dan juga berpelukan di pinggir jalan. Tak lagi mereka mempunyai rasa risih, malu, atau merasa jijik. Justru para pejalan merasakan jijik karena melihat pemandangan yang vulgar itu.

Kemarin, saya bertugas mengajar ke kampus. Dari rumah, saya berangkat siang. Saya mampir dahulu ke PKU Muhammadiyah Solo untuk menengok suami Mbak Niken. Ketika berada dalam perjalanan itulah, saya melihat sepasang anak remaja (cewek SMP dan cowok SMA) tidur-tiduran di emperan toko. Tak terlintas sama sekali rasa malu perilaku sepasang remaja itu dilihat para pejalan kaki. Mereka terlihat asyik bercanda sambil tidur-tiduran. Benar-benar kejadian itu membuatku miris. Malu benar saya melihat kelakuan anak remaja itu.

Belum lama, saya juga pernah melihat sepasang anak SMA yang berpacaran di pinggir jalan. Mereka terlihat berpelukan mesra banget di pinggir jalan di tengah sawah. Keduanya terlihat bak bintang sinetron yang memeragakan sebuah action. Lalu lalang banyak orang sama sekali tak digubrisnya. Keduanya justru berasyik masyuk sambil terus berpelukan meskipun banyak orang menikmati "pemandangan" itu.

Entahlah, mengapa moral remaja sekarang begitu mudahnya tererosi? Mengapa para remaja itu tidak lagi memerhatikan kesopanan? Mengapa mereka benani terang-terangan berpacaran meskipun dilihat anak-anak kecil yang lalu lalang? Kemanakah orang tuanya sehingga membiarkan anak-anaknya berperilaku demikian? Bagaimanakah kita menyadarkan mereka bahwa kelakuan itu termasuk tindakan asusila?

Sebagai guru, saya sering menasihati anak didikku agar berperilaku santun. Saya sering mewanti-wanti mereka agar menjaga pergaulan. Hendaknya mereka menyelamatkan masa depannya dan tidak mudah tergoda oleh beragam ajakan buruk. Masa depan mereka harus diselamatkan agar tidak terjadi married by accident yang menggejala.

Menurutku, pemerintah perlu dan harus turun tangan. Tayangan televisi sering menyuguhkan pemandangan yang memancing anak remaja untuk menirunya. Para remaja itu belum memahami bahwa sinetron adalah film alias kejadian fiksi. Tentunya tidak masuk akal jika orang yang tidak bekerja justru dapat hidup enak. Tak masuk akal pula anak sekolah berpacaran di kelas. Tak masuk akal pula murid berpacaran dengan guru. Dan tak masuk akal pula murid berpakaian dan berperilaku sebebas dalam tayangan film atau sinetron itu.

Saya teramat menyayangkan acara-acara televisi yang mengumbar syahwat alias seks. Saya sering melihat tayangan-tayangan yang mengeksploitasi seks. Pergaulan yang bebas dan sebebas-bebasnya tanpa mengindahkan norma, baik norma agama, social, maupun etika. Tentunya pemerintah perlu bertindak tegas dengan membatasi, bahkan melarang, film atau sinetron semacam itu terlihat di televisi. Mari kita selamatkan generasi bangsa agar tidak terjebak kepada pemikiran sesat karena kenikmatan sesaat!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline