Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Agar Naskah Kita Layak Jual ke Penerbit

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika mau bersikap jujur, setiap penulis pastilah berkeinginan agar tulisannya dapat mendatangkan keuntungan. Jika menjadi kolumnis, tentu penulis akan mendapatkan beragam honor dari media. Jika menjadi pengarang atau penulis, tentu ia akan mendapatkan royalty atau keuntungan financial lainnya. Namun, bagaimanakah cara kita agar naskah itu layak jual dan mendatangkan keuntungan bagi kita? Tulisan malamku: Merayu Penerbit.

Senin lalu, saya mendapat undangan dari penerbit agar saya segera mengambil royalty. Karena beragam kesibukan yang berjubel, saya belum mendatangi penerbitku. Lalu, siang tadi, lagi-lagi penerbit menghubungiku agar saya segera mengambil hakku sebagai penulis. Penerbit beralasan karena laporan keuangan harus segera diselesaikan. Maka, saya pun bergegas mendatangi kantor penerbitku meskipun saya masih merasa capek setelah seharian menghadiri rapat dinas.

Begitu tiba di kantor penerbit, saya langsung menuju bagian keuangan. Lalu, saya pun disodori dua cek. Tertera angka yang luar biasa banyaknya. Saya sempat bergidik juga usai memelototi angka yang tertera dalam cek tersebut. Setelah menandatangi berita acara dan kuitansi lain-lain, saya pun berpamitan seraya tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih. Pihak keuangan pun berujar, “Disuruh ngambil uang saja susah, Pak.” Saya hanya senyum-senyum karena bukan itu yang menjadi penyebabnya.

Mumpung berada di kantor penerbit, saya pun berkeinginan untuk menemui Chief School Books Editor atau Kepala Editor Buku Sekolah. Saya ingin menyampaikan konsep buku yang akan saya kembangkan. Saat ini, saya sedang merekayasa sebuah naskah buku yang berjudul Menjadi Penulis Jempolan. Saya ingin memaparkan pengalamanku sehingga menjadi penulis buku sejak awal hingga seperti sekarang. Agar usahaku meyakinkan pihak editor, saya membawa beberapa hal untuk memerkuat argument, yaitu:

Pertama, kerangka buku atau mind set. Sebelumnya saya telah menyusun sebuah kerangka buku tersebut. Kerangka buku adalah konsep dasar untuk pengembangan sebuah buku. Kerangka buku berbentuk mirip daftar isi. Penulis harus menggunakan kerangka itu agar terjadi koherensi wacana kepada topik atau judul buku.

Kedua, dua bab atas isi calon bukuku. Seperti naskah-naskah bukuku yang lain, saya selalu diminta menulis satu-dua bab sebagai contoh. Sampel naskah itu akan dibaca, ditelaah, dan dinilai oleh penerbit sehingga dapat ditentukan tingkat kualitasnya. Jika sampel itu kurang baik, penerbit akan memberikan keputusan secara langsung. Namun, penerbit sering memberikan masukan-masukan kepada penulis jika tulisannya sudah baik tetapi kurang sempurna. Demi itu pula, saya melampirkan dua bab sebagai bagian dari keseluruhan naskah buku terbaru tersebut.

Ketiga, nilai jual buku. Saya memberikan estimasi atau perkiraan nilai jual buku. Karena buku ini tidak termasuk buku sekolah, saya mesti meyakinkan penerbit bahwa buku itu pasti bernilai jual tinggi. Banyak buku sejenis telah beredar, tetapi bukuku pastilah yang terbaik karena disusun berdasarkan kisah nyata. Buku yang tidak sekadar memberikan dan menjelaskan konsep-konsep penyusunan buku, tetapi mampu menyuguhkan cara mudah dan bukti konkret dari penulis buku yang sebenarnya. Agar lebih meyakinkan lagi, saya pun membawa beberapa buku sampel yang ditulis oleh penulis lain sebagai bahan diskusi.

Setelah ketiganya siap, saya pun mengetuk pintu. Lalu, sang editor kepala itu memersilakan saya agar duduk. Sebagai tamu, tentunya saya mesti bersikap sopan. Selanjutnya, terciptalah sebuah suasana diskusi setelah saya menyampaikan maksudku. Saya menjelaskan keinginan itu karena saya beranggapan bahwa naskahku memiliki banyak keistimewaan. Sempat pula terjadi diskusi yang lumayan asyik karena editor berpendapat bahwa buku sejenis banyak beredar di pasaran. Lagi-lagi saya mesti meyakinkan editor bahwa bukuku sangat berbeda dan memiliki banyak kelebihan dibandingkan buku lain yang sejenis. Sebagai bukti, saya pun menunjukkan beberapa contoh buku yang kubawa. Setelah mendengar penjelasanku, editor pun manggut-manggut. Saya diminta menyelesaikan naskah buku terbaruku itu sebulan ke depan. Alamak, pekerjaan lagi!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline