Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Lima Budaya Inilah yang Seharusnya Dikembangkan PNS (Guru)

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1310010119521767021

[caption id="attachment_121133" align="aligncenter" width="640" caption="Tak henti-hentinya saya mengajak rekan-rekan guru untuk mempunyai budaya malu berhutang, budaya malu terlambat mengajar, budaya menulis, dan budaya meneliti, dan budaya berorganisasi."][/caption]

Jika ingin memajukan bangsa, sector pendidikan harus menjadi perhatian utama. Pendidikan akan menjadi penopang utama untuk keberlangsungan masa depan bangsa. Pondasi akan diciptakan dengan kokoh jika “para tukang” dunia pendidikan berkualitas nomor wahid. Namun, jangan pernah Anda berharap pendidikan bangsa kita maju jika guru dan pejabat pendidikan mengabaikan tugas dan perannya.

Polemic PNS masih terus bergulir di media masa pagi ini. Sebagai PNS, tentu saya merasa perlu untuk menuliskan sekadar ide atau gagasan agar duniaku menjadi lebih baik dan mendapat perhatian ekstra dari pemrintah. Sengaja saya membatasi kajianku tentang PNS guru agar dapat memfokus.

Menurutku, ada lima budaya guru PNS yang perlu dikembangkan agar pendidikan kita maju. Kelima budaya itu adalah budaya malu berhutang, budaya malu terlambat mengajar, budaya menulis, dan budaya meneliti, dan budaya berorganisasi. Berikut kupasanku.

Budaya 1: Malu Berhutang

Saya mempunyai teman guru yang berstatus PNS. Temanku sudah mempunyai hutang di sebuah bank. Mungkin terdesak oleh budaya konsumtif atau salah kelola, temanku itu terjebak pada gali lobang dan terus menggali lobang. Hutang sana dan hutang sini sehingga kebiasaannya itu mengganggu tugasnya untuk mendidik anak bangsa. Oleh karena itu, saya mengajak para guru untuk tidak gemar berhutang. Jika toh berhutang, tanggungan itu seharusnya sudah dipikirkan agar tidak mengganggu aktivitas mendidiknya.

Budaya 2: Malu Terlambat Mengajar

Rumah dekat tidak menjamin seorang guru dapat bersikap disiplin. Saya sering menjumpai rekan-rekan guru yang dating terlambat dating meskipun rumahnya dekat dengan sekolahnya. Keterlambatan itu tidak hanya terjadi pada pagi hari. Pada jeda antarwaktu istirahat pun, para guru sering terlambat masuk kelas. Para siswa sudah ramai dan kadang membuat ulah karena gurunya terlambat masuk kelas. Milikilah rasa malu untuk dating terlambat masuk kelas!

Budaya 3: Membaca dan Menulis

Kalau ingin mendapatkan penghasilan tambahan, milikilah kemampuan untuk menulis. Kalau ingin memandaikan para siswa, milikilah kemampuan menulis. Dan kalau ingin cepat naik pangkat, milikilah kemampuan menulis. Menulis itu akan mendatangkan banyak rezeki. Sebagai guru, menulis harus menjadi budaya karena memberikan contoh kepada peserta didik sekaligus kegemaran membaca. Bukankah penulis yang baik adalah pembaca yang baik? Dan guru harus mempunyai budaya itu: membaca buku. Setelah menjadi pembaca yang baik, pasti guru mampu menjadi penulis yang baik pula!

Budaya 4: Meneliti

Untuk mengetahui masalah pembelajaran dan menyelesaikan masalah tersebut, guru harus menelitinya. Maka, guru harus mahir melakukan penelitian tindakan kelas atau PTK. Penelitian tindakan itu digunakan untuk merefleksi pembelajaran yang selama ini digunakan guru. setiap masalah pasti mempunyai solusi. Dan penelitian adalah cara paling tepat yang dapat digunakan guru untuk menyelesaikannya. Guru harus menjadi peneliti!

Budaya 5: Berorganisasi

Mendidik dan mengajar adalah tugas pokoknya. Namun, guru adalah bagian dari sebuah komunitas makhluk terdidik. Oleh karena itu, guru harus belajar berorganisasi profesi. Silakan para guru bergabung di PGRI, IGI, FIG, Agupena, MGMP dan lain-lain. Berorganisasi dapat memberikan banyak manfaat karena mengenal dunia luar yang kadang tidak ditemukan di dunianya.

Jika guru PNS sudah mempunyai kelima budaya di atas, saya yakin bahwa mereka – para guru – dapat menjadi pegawai negeri yang produktif. Kenaikan gaji tidak disambut sukacita, tetapi justru menjadi cambuk untuk memberikan kontribusi yang lebih banyak dan lebih baik bagi negeri tercinta. Ayo para guru Indonesia, kita bangun negeri ini dengan beragam potensi yang Anda miliki. Saya akan memulai dari diri dan semoga Anda berkenan mengikuti jejakku. Amin. Terima kasih.

Selamat Siang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline