Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pak Presiden, Tirulah Walikota Solo

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Walikota Solo, Joko Widodo/Admin (vivanews.com)"][/caption]

Siang ini, aku bermaksud mengirim email. Lalu, aku langsung menuju warnet dekat sekolah. Tak berapa lama, aku langsung sibuk dan menyibukkan diri di warnet. Aku pun segera mengirim email menuju alamat yang kutuju. Selagi di warnet, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Aku pun membaca beragam informasi. Dan sebuah informasi membelakkan mataku siang ini. Informasi ini kudapat dari sini. Apa isinya? Walikota Solo, Joko Widodo, belum pernah mengambil gajinya! Sontak aku membaca berita itu. Seorang pejabat tertinggi di pemerintah kota sebesar Solo belum pernah mengambil gajinya. Entah kata apa yang perlu kuucapkan: innalillah atau alhamdulillah. Di tengah berkecamuknya pemikiran kenaikan gaji presiden dan anggota DPR, ternyata masih ada pejabat daerah yang begitu rendah hati. Ketika ditanya kenapa tidak mengambil gajinya, dengan rendah hati ia tidak mau menjawabnya. "Nggak, nggak, saya tidak mau menjawabnya karena terlalu riskan. Yang penting saya tidak pernah ambil gaji. Kalau tidak percaya, tanya saja kepada sekretaris atau ajudan saya," tegas dia. Sungguh teramat langka dan istimewa pejabat ini. Sebagai tetangga dekat, aku belum mengenal begitu baik dengan beliau. Hanya sesekali aku bertemu. Seperti ketika aku membeli piala untuk hadiah lomba di Mangkunegaran Solo. Tak disangka, aku bertemu dengan beliau. Namun, beliau tergesa-gesa menuju mobilnya. Ketika aku mengantarkan mas Iskandar (admin kompasiana) ke Hotel Sunan Solo kemarin malam (28 Januari 2011), aku bertemu lagi dengan Walikota Solo ini. Namun, beliau pun hanya menganggukkan kepala. Maklum, banyak pejabat dan ajudan yang menyertainya. Apatah aku yang hanya wong ndeso. Kerendahan hati beliau pun ditunjukkan dengan sikapnya terhadap mobil dinasnya. Soal mobil dinas, dia juga enggan menggantinya dengan yang baru. Mobil dinas Toyota Camry keluaran tahun 2002 ini merupakan peninggalan mobil dinas walikota Solo sebelumnya, Slamet Suryanto. "Mobil asal bisa dinaikin, tidak perlu mobil baru." Bahkan, mobilnya pribadi yang sehari-hari dikendarai pun masih tergolong mobil lama. Dia mengaku memang tidak suka gonta-ganti mobil. Seperti halnya mobil pribadinya yang sudah 14 tahun tidak diganti. "Saya bukan sok, tapi saya memang orang nggak punyai birahi terhadap mobil baru. Jenis mobil dinasnya keluaran tahun berapa, saya juga tidak tahu. Silakan tanya Pak Suli saja (sopir walikota). Pokoknya saya naik dan selamat saja," tutur dia. Alangkah arifnya jika Pak Presiden belajar lagi ke Solo. Bertemu dengan Walikota Solo yang rendah hati. Beliau layak menjadi pemimpin Indonesia masa depan. Mengapa tidak? Selamat siang dan selamat beristirahat. Semoga kisah ini bermanfaat bagi kita. Amin. Terima kasih. Sumber tulisan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline