Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Mungkinkah Gajah Itu Setinggi Pohon Kelapa?

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_270533" align="alignleft" width="300" caption="Gerbang Masuk Museum Sangiran"][/caption]

Pernahkah Anda menonton film Jurassic Park? Film itu mengisahkan kehidupan binatang zaman purba. Kita diajak untuk menikmati kehidupan dinosaurus, tyrex, dan sejenisnya. Binatang-binatang itu terlihat sangat besar dan ganas. Apakah Anda akan mempercayainya bahwa kehidupan dahulu itu memang seperti itu?

[caption id="attachment_270534" align="alignleft" width="300" caption="Evolusi bentuk manusia"][/caption]

Jika Anda pergi ke Sangiran, Anda akan mempercayai bahwa makhluk-makhluk purba memang berukuran sangat besar. Di Museum Purbakala Sangiran, Anda akan melihat fosil gajah yang mungkin ukuran aslinya sepanjang 8 meter! Jika melihat gajah dengan gading sepanjang 1 meter saja sebesar itu, mungkin gajah dahulu itu setinggi pohon kelapa. Dan saya percaya bahwa dahulu gajah dan binatang purba memang berukuran teramat besar.

[caption id="attachment_270536" align="alignleft" width="300" caption="Fosil gading gajah sepanjang sekitar 4 meter"][/caption]

Museum Sangiran memang membuktikan sejarah purba. Tidak ada yang pernah menduga bahwa Sangiran dahulunya merupakan sebuah lautan. Daerah di mana saya tinggal merupakan lautan dalam. Karena gerakan bumi, lautan itu kemudian terangkat. Maka, terjadilah cekungan akibat pengangkatan itu. Bukti bahwa Sangiran dahulu merupakan lautan pun ada. Di sana, kita akan melihat beragam fosil kerang, gigi ikan hiu, tumbuhan laut, dan karang atau coral.

[caption id="attachment_270538" align="alignleft" width="300" caption="Fosil tulang Megadon (sejenis dinosaurus)"][/caption]

Saya sering terhenyakkan dengan pemandangan indah itu. Saya tak terhenti untuk menyaksikan proses kehidupan purba. Melalui visualisasi teknologi, kita akan melihat rangkaian kehidupan zaman purba. Sebuah kehidupan yang sarat dengan rahasia alam.

[caption id="attachment_270540" align="alignleft" width="300" caption="Fosil binatang laut sebagai bukti bahwa sahulu Sangiran adalah lautan"][/caption]

Kita akan mengetahui tengkorak manusia Pithecantropus erectus. Sebuah teori menyatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berjalan tegak. Namun, teori ini akhirnya terbantahkan. Jika manusia memang berasal dari kera, tentu zaman sekarang sudah tidak ditemukan lagi kera. Kera-kera itu telah berubah menjadi manusia.

[caption id="attachment_270541" align="alignleft" width="300" caption="Pusat penjualan cindera mata khas Sangiran"][/caption]

Kita juga akan menjumpai fosil manusia Homo sapiens. Manusia adalah makhluk cerdas. Dengan kecerdasannya, manusia dapat meraih kehidupan layak. Maka, manusia cerdas ini mulai mengenal peradaban. Mereka mulai menggunakan peralatan-peralatan sederhana untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Kondisi ini dibuktikan oleh temuan fosil kampak batu, peralatan pertanian, dan alat rumah tangga.

[caption id="attachment_270543" align="alignleft" width="300" caption="Mobil pengunjung berderet di parkiran"][/caption]

Hari Minggu ini merupakan hari yang indah bagi kami sekeluarga. Saya mengajak anak-anak untuk mengenal sejarah zaman purba. Mereka terlihat sangat menyukai kunjungan ini. Sedari pagi, mereka sudah bersiap-siap.

[caption id="attachment_270546" align="alignleft" width="300" caption="Para remaja yang tidak mengindahkan kesantunan dengan berpacaran secara terbuka"][/caption]

Ternyata, pagi ini Museum Sangiran dipadati pengunjung. Berderet-deret bus, mobil, dan motor tertata di tempat parker. Sampai-sampai, saya mengalami kesulitan untuk menempatkan mobilku. Ketika memasuki gedung utama, para pengunjung berdesak-desakan. AC yang terpasang tak mampu menetralisasi udara yang pengab. Jadilah para pengunjung itu menahan udara tak sedap.

Seiring dengan pembangunan yang terus dilaksanakan, saya menyayangkan perilaku segelintir pengunjung. Ternyata, ada beberapa pasangan remaja yang memanfaatkan indahnya bangunan dan sarana untuk berpacaran. Mereka terlihat tidak mengacuhkan pengunjung lainnya. Dan yang membuatku geram, para petugas keamanan pun tidak menegur mereka. Karena Museum Sangiran berfungsi sebagai sarana pendidikan, alangkah baiknya mereka diingatkan agar tidak meracuni paa pengunjung lainnya yang rerata pelajar dan peneliti. Semoga saja segera mendapat perhatian!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline