[caption id="attachment_221192" align="alignleft" width="65" caption="Sumber: www.tigaserangkai.com"][/caption]
Ada tiga buah pesan dan SMS ke alamat saya. Meskipun pengirimnya berbeda, inti permasalahan atau tujuannya sama: Bagaimana merayu penerbit agar mau menerbitkan naskah buku Anda? Berkenaan dengan itu, saya akan menuliskan pengalaman saya sehingga semua naskah buku saya dinyatakan lolos atau diterbitkan.
Anda perlu mengetahui bahwa penerbit menerbitkan buku tidak untuk Anda. Mereka mengeluarkan biaya yang sangat besar tentu itu bertujuan. Maksudnya, pengeluaran besar itu harus terkembalikan menjadi keuntungan. Jadi, penerbit tidak sekadar berkeinginan untuk kembali modal. Itu namanya rugi.
Penerbit adalah perusahaan. Sebuah badan usaha pasti berorientasi profit atau mencari keuntungan/ laba. Mereka menggunakan estimasi yang sangat selektif. Manajerial profesional pun diterapkan. Oleh karena itu, setiap naskah yang akan diterbitkan diseleksi nilai pasar. Jika dipandang menguntungkan perusahaan, naskah itu dijadikan buku dan dijual. Namun, naskah tidak akan diterbitkan jika dipandang tidak memenuhi selera pasar.
Berdasarkan kondisi itu, penulis baru sering berorientasi pribadi. Maksudnya, penulis baru selalu mengatakan bahwa tulisannya pasti bernilai pasar. Tulisannya pasti layak dijual. Keyakinan itu hanya didasarkan pada penilaian subjektif penulis.
Penulis lupa bahwa buku itu dicetak tidak semata untuk Anda. Buku dicetak itu berbilang lebih dari 5000 eks. Artinya, penerbit selalu berpedoman: semakin banyak oplag buku, biaya pun akan menjadi semakin murah. Sementara itu, Anda itu hanya membutuhkan sekitar 5-10 buku untuk dipamerkan atau diberikan kolega. Lalu, siapa yang akan menjual sisanya? Itu yang harus Anda pikirkan. Jika Anda mampu menjual secara direct selling, silakan dinegosiasikan.
Saya pun membuat sebuah kesepakatan seperti itu. Naskah otobiografi saya berjudul Meniti Jejak Sang Guruditerbitkan pertama sebanyak 3000 eks. Saya menyanggupi penjualan 1000 eks secara direct selling. Estimasi saya berdasarkan tamu yang hadir saat ujian terbuka doktor saya pada 2012. Maka, penerbit saya pun menyetujui permintaan saya. Nah, metode inilah yang harus Anda lakukan.
Rerata penulis baru selalu kaku dalam berpikir. Banyak penulis baru mengatakan bahwa naskah bukunya adalah terbaik. Itu naskah terbaik menurut penilaian Anda. Naskah terbaik tidak berdasarkan penilaian pembaca. Tentu itu penialian yang tidak objektif.
Ketika naskah Anda layak diterbitkan dengan catatan, ikutilah catatan penerbit itu. Pada umumnya, catatan itu terletak pada kebahasaan. Berdasarkan peruntukannya, buku dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni buku umum dan buku sekolah. Buku umum tentu buku untuk masyarakat umum. Secara kebahasaan, buku umum harus dapat dipahami masyarakat umum. Namun, buku sekolah hanya digunakan anak sekolah. Jika demikian, buku itu masih digolongkan bagi penggunanya: anak SD, SMP, SMA, Mahasiswa. Nah, buku Anda itu untuk siapa?
Maka, bersikap lentur tanpa meninggalkan idealisme Anda merupakan sikap bijak jika naskah Anda memang ingin diterbitkan. Ikutilah saran-saran penerbit. Janganlah mau memang sendiri karena Anda tentu akan menjadi pemenang untuk diri Anda sendiri. Anda akan menjadi pemenang sebenarnya jika Anda memenangkan pertarungan di pasar buku. Kemenangan itu berbentuk sikap positif pembaca terhadap pemikiran Anda. Selamat berjuang semoga kemenangan sebenarnya menjadi milik Anda! (www.gurumenulisbuku.blogspot.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H