Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Awal Menjadi Penulis

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_153644" align="alignleft" width="300" caption="Ketika menulis, kesalahan itu pasti terjadi"][/caption]

Dalam berbagai kesempatan, saya sering, bahkan selalu ditanya perihal kisah menjadi penulis. Sebenarnya, saya merasa belum dapat disebut penulis. Masih banyak penulis senior yang jebih produktif dan  lebih berkualitas. Sayangnya, mereka (para penulis itu) tidak bergabung di kompasiana. Mungkin mereka tenggelam atau menenggelamkan diri dalam rutinitas kepenulisan. Maklum, hasil kegiatan menulis memang sangat besar dan menjanjikan.

Seperti pagi tadi. Usai mengajar, saya justru “disandera” para mahasiswa. Rekan-rekan mahasiswa begitu terinspirasi untuk menjadi penulis. Maka, itu memang telah menjadi maksud pengajaran yang saya lakukan. Dan saya pun menyambut uluran diskusi itu dengan senang hati dan lapang dada.

Kepada mahasiswa saya sampaikan bahwa saya mulai menekuni menulis dari hal yang sangat sederhana. Semasa menjadi mahasiswa di IKIP Yogyakarta, saya berkecimpung di pers kampus dengan mendirikan Lembaga Pers Kampus (LPM) Ekspresi. Saya aktif di pers kampus hingga lulus.

[caption id="attachment_153645" align="alignleft" width="300" caption="Mengawali menulis memang begitu sulit"][/caption]

Setelah lulus, saya sempat menjadi guru honorer. Lalu, nasib baik menghampiriku. Pada tahun1998, saya diterima CPNS. Sebagai guru bahasa Indonesia, saya memang mengajarkan kompetensi menulis kepada para siswa. Setiap ada kesempatan, saya menulis surat pembaca ke media lokal. Sekali-dua kali dimuat, itu membuat saya lebih termotivasi. Lalu, saya memberanikan diri untuk menulis artikel. Dan lagi-lagi dimuat. Terus dan terus menulis.

Pada tahun 2007, saya ditawari rekan untuk menulis LKS (Lembar Kegiatan Siswa). Saya pun menerima tawaran itu. Setiap LKS, saya dibayar Rp 1 juta. Lumayanlah untuk ukuran seperti saya.

Ternyata, LKS buatan saya disenangi sebuah penerbit. Menurutnya, LKS buatan saya layak untuk dijadikan buku. Maka, pada tahun 2008, saya ditawari untuk menulis buku teks. “Kesempatan tak datang dua kali”, pikirku. Saya pun menerima tawaran ini. Saya dipercaya untuk menulis buku teks Bahasa Indonesia SMP Kelals 7, 8, dan 9. Alhamdulillah, 2 dari 3 buku itu lolos penilaian BSNP. Dari sinilah gayung bersambut dan terus bersambut hingga sekarang.

Karena telah menikmati buah dari menulis, kebiasaan itu telah mengubah pola pikir dan keadaaan ekonomi saya. Saya pun semakin bersemangat untuk menjadi penulis. Alhamdulillah, hingga saat ini, saya telah menulis semua jenis tulisan; artikel, jurnal, penelitian, esai, feature, buku, modul, dan kompasiana tentunya. Bagiku, menulis itu begitu menyenangkan. Tidak hanya hati kita terasah sehingga menjadi semakin tajam. Pikiran kita pun dapat menjadi semakin peka. Bagiku, menulis itu menjadi hobi yang benar-benar positif. Nah, sudahkah hobi menulis Anda miliki? Closing saya kepada mahasiswa? (www.gurumenulisbuku.blogspot.com)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline