Lihat ke Halaman Asli

Johanis Malingkas

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Selamat Jalan pak Thamrin Sonata

Diperbarui: 6 September 2019   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampul buku (IN)TOLERANSI,editor Thamrin Sonata(sumber:Dokpri)

Ada rasa kaget dan tidak percaya ketika saya sedang mempersiapkan tulisan tanggapan tentang unjuk rasa di Papua. 

Ditangan saya terbuka buku (IN)TOLERANSI yang di kirimkan teman kompasianer Thamrin Sonata, salah satu dari 10 buku buat saya.

Saya sedang menyimak tulisan dalam buku itu oleh Ismail Suardi Wekke berjudul Papua dalam Harmoni, Kebersamaan dan Keberagaman. 

sampul belakang buku (IN)TOLERANSI (sumber:dokpri)

Saya bermaksud menuliskan kembali soal pentingnya sikap toleransi warga masyarakat di negeri yang kita cintai bersama.

Tiba tiba ponsel saya muncul info lewat akun fb dari rekan Wahyu Sapta Riny mengabarkan berpulangnya bapak Thamrin Sonata ke rahmatullah...

Awalnya saya anggap ini hanya salah baca namun status rekan kompasianer lainnya di fb antara lain Tamita Wibisono,  Muthiah Alhasany  lebih menguatkan info ini benar. Begitu saya buka Kompasiana semakin saya sadari sahabat kompasianer ini memang telah pergi untuk selamalamanya.

Memang saya belum pernah ketemu langsung dengan pak TS, sapaan akrab saya di Kompasiana. Namun saya banyak berinteraksi dalam komentar di artikel.

Suatu kenangan yang tidak akan saya lupakan yaitu beliaulah yg ajak saya berkontribusi sebuah artikel di buku (IN)TOLERANSI terbitan Peniti Media 2017.

sampul dalam buku (sumber:dokpri)

Dibuku ini akhir kata pengantar pak TS menuliskan..disinilah tulisan dalam buku bercampur kaca retak dan bolong dari tembakan ngawur sekaligus membabi buta entah pihak mana menunjukkan. Sesungguhnya toleransi bisa kita rawat bersama dari Keberagaman dan Keberagaman kita. 

Tak retak dan bolong oleh sebuah peristiwa politik, misalnya karena akar budaya sendiri sudah punya bahasanya yang lebih sejuk, lebih Harmoni.  Tanpa diajar-ajarkan dengan semangat apapun dalilnya. ..

Ya saya anggap sebagai kompasianer kita kehilangan seorang sahabat teman guru dan penyemangat menulis dan membukukan tulisan kita. Pak TS memang telah pergi namun semangat Juangnya di dunia tulis menulis serta karakter pribadi yang baik dan tetap enjoy itu akan tetap kita kenang selalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline