Fenomena mudik melukiskan beranekaragam berita dan informasi menarik. Hampir semua media massa cetak maupun elektronik mengupas tuntas seluk-beluk mudik termasuk di media Kompasiana.
Berbicara soal mudik tak terlepas bicara soal alat angkutan darat, laut dan udara. Beralihnya pemudik yang biasa menggunakan angkutan udara ke angkutan darat dan laut disebabkan karena harga tiket pesawat yang cenderung mahal.
Diinformasikan, pemudik tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penyebab penurunan ini mungkin saja karena mahalnya harga tiket pesawat terbang, peningkatan pertumbuhan kendaraan pribadi dan mungkin saja pengaruh maraknya pemanfaatan smartphone dengan teknologi android sehingga komunikasi lewat video call sudah cukup untuk tidak mudik.
Walaupun begitu, dalam upaya melayani kebutuhan masyarakat pengguna jasa transportasi di Indonesia maka perlu diadakan pembenahan terhadap angkutan massal ini.
Setuju dengan kompasiana, pembenahan angkutan darat dengan bus dengan membenahi kondisi dan fasilitas agar lebih nyaman serta mengintegrasikan terminal-terminal besar yang ada di kota dengan keluar masuknya jalan tol demi mempercepat waktu tempuh. Begitu pula kereta api, merampungkan pembangunan rel ganda di jalur selatan pulau Jawa.
Tulisan ini merupakan opini tentang pembenahan angkutan laut di Indonesia.
Sarana angkutan laut yang disediakan PT PELNI saat ini yaitu beroperasinya 26 kapal reguler yang menyinggahi lebih dari 90 pelabuhan, 51 kapal perintis yang melayani wilayah terpencil, 5 unit kapal tol laut yang spesifikasi angkutan kontainer dan 2 kapal ternak.
BPS melaporkan peningkatan jumlah penumpang angkutan laut terjadi di pelabuhan Makassar, Tanjung Priuk, Balikpapan, Tanjung Perak dan Belawan. Selang bulan Januari hingga April 2019, jumlah penumpang angkutan laut mencapai 6,9 juta orang atau naik 5,74 persen dibanding denaan periode yang sama tahun 2018.
Nah, negara Indonesia dengan spesial terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil perlu membenahi sarana angkutan laut. Perlu diadakan perencanaan strategis peningkatan jumlah armada laut yang disesuaikan dengan data arus penumpang antar pulau. Pakar transportasi dilibatkan dalam penyusunan renstra ini. jangan pula hanya mengandalkan galangan kapal satu-satunya di Surabaya, mengapa tidak di tambah di Jakarta atau Makassar.
Pemerintah seyogyanya memberdayakan masyarakat lokal yang secara turun temurun memproduksi kapal-kapal lokal misalkan pembuatan perahu pinisi di Sulawesi Selatan. Kelompok pembuat perahu ini perlu di topang dengan permodalan dari perbankan untuk memproduksi kapal pinisi tersebut.
Indonesia sebenarnya memiliki bahan baku tambang untuk memproduksi komponen-komponen sebuah kapal laut. Mungkin teknologi mesinnya harus beli hak paten dari negara produsen kapal laut. Atau pemerintah dapat mengirim tenaga-tenaga trampil untuk belajar cara membuat mesin kapal laut ke luar negeri. Apa kabar para pakar teknik atau teknokrat kita di ITB Bandung dan ITS Surabaya?