Fenomena latah sering kita saksikan terjadi di negeri ini. Latah yang dulunya jadi istilah kedokteran kini menjurus ke berbagi aspek kehidupan manusia. Wikipedia mendefinisikan latah sebagai suatu keadaan fisik dimana penderita secara spontanitas mengeluarkan respon terhadap suara atau gerakan yang sifatnya mengagetkan penderita.
Lanjut, latah dianggap sebagai suatu sindrom khususnya kebudayaan, dimana sering terjadi dalam masyarakat di kawasan Asia Tenggara terutama di Indonesia dan Malaysia.
Banyak tulisan artikel yang sudah menulis tentang soal Latah. Antara lain, budaya latah:kecanduan atau trend?, Latah: penyakit, kebiasaan atau budaya?, budaya lataah bangsa Indonesia, fenomena latah sosial: sebuah kebiasaan atau budaya dan budaya latah harus segera punah!
Ada tulisan yang menyatakan bahwa fenomena latah dan saling meniru menjadi upaya seseorang atau kelompok untuk mengekspresikan dirinya dari kekangan sosial (tabu) dan melegalkan menjadi aksi "kekinian", seru-seruan, gila-gilaan. Kondisi ini mengindikasikan keterlibatan aktif seseorang atau kelompok mengikuti wacana atau mode yang sedang tren saat ini.
Contoh konkrit dalam masyarakat adalah budaya latah "nyontek" atau meniru ketika sedang ujian. Tawuran antara pemudaa atau pelajar adaah budaya latah. Ikut-ikutan. Ketika melihat mode rambut yang di gunting pendek di medsos atau tv, spontan para pemuda mengikutinya.
Positifnya, menguntungkan tukang gunting rambut. Bandingkan dulu ketika mode rambut gondrong, kasian si pemangkas rambut kehilangan mata pencariannya.
Begitu juga kalau seorang tokoh terkenal muncul di tv mengenakan kemeja kotak-kotak serentak akan terlihat orang-orang pake baju kotak-kotak. Ketika seorang artis idolanya pakai pakaian yang katanya "belum selesai di jahit" serentak diikuti penggemarnya.
Yang perlu di waspadai di era pesatnya kemajuan teknologi informasi dengan kemudahan mengakses internet adalah kesempatan dan kebebasan menyaksikan peristiwa dan kejadian yang mengandung kekerasan.
Budaya barat yang kadang bertentangan dengan budaya timur secara bebas dapat di saksikan oleh pengguna internet, televisi. Bila sajian informasi tidak diawasi atau di biarkan merasuk pikiran generasi muda akan cenderung menciptakan budaya latah di kalangan generasi penerus.
Disinilah peran pemerintah, tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat dan terutama keluarga sangat diperlukan. Generasi muda adalah aset bangsa di masa depan harus dibina dan di didik mampu memilah-milah informasi yang di lihat di internet.