Lihat ke Halaman Asli

Johanis Malingkas

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Tradisi Pungguan di Kampung Jawa Tondano, Minahasa-Sulawesi Utara

Diperbarui: 9 Mei 2019   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suasana pungguan (sumber:kumparan.com)

Indonesia sebagai negara besar memiliki kekayaan budaya yang bernilai tinggi. Budaya yang di implementasikan dan diaktualisasikan oleh masyarakat secara rutin setiap tahunnya menjadi tradisi yang terus berkembang hingga saat ini.

Di Kampung Jawa Tondano, Minahasa-Sulawesi Utara terdapat  tradisi menjelang hari raya khususnya jelang bulan suci Ramadan dan Idul Fitri. Tradisi ini adakalanya punya kemiripan di daerah lain di tanah air namun namanya berbeda.

Tradisi ini memiliki nilai historis dan spiritual yang berpotensi memperkaya khazanah budaya nusantara sekaligus dapat dijadikan momentum ungkapan kegembiraan warga menyambut hari yang penuh berkah.

Inilah tradisi menyambut Ramadan di Minahasa, Sulawesi Utara:

Tradisi PUNGGUAN.

Pungguan adalah tradisi sambut Ramadan oleh warga Jawa Tondano di Minahasa. Tradisi ini ditandai dengan berkumpulnya ratusan orang memenuhi kompleks pemakaman kampung Jawa Tondano. Mereka yang terkumpul itu bersholawat, membacakan yasin, doa hingga bersilahturahim. Merka yang hadir dalam acara tradisi ini terdiri dari penduduk yang tinggal di kampung Jawa (kini menjadi Kelurahan) maupun orang kampung Jawa yang tinggal di luar kampung atau daerah karena tugas atau pekerjaan.

Tradisi Pungguan ini sudah berlangsung lama. Orang kampung Jawa yang sudah menetap di daerah atau kota lainnya berupaya untuk datang menghadiri acara tradisi tahunan ini. Mereka mudik dan merindukan berziarah ke makam leluhur sambil bersholawat, membacakan yasin, berdoa sekaligus bersilaturahim dengan keluarga di kampungnya.

Tradisi yang bernama Pungguan ini adalah unik, satu-satunya nama tradisi yang ada di Indonesia. Tradisi yang sudah dilakukan bertahun-tahun oleh warga kampung Jawa Tondano. Warga ini dikenal dengan nama orang Jaton (JAwa TONdano). Mereka adalah keturunan Kiay Modjo dan pengikutnya yang diasingkan dan tiba di Tondano pada 3 Mei 1830. 

Pembauran pengikut Kiay Modjo dengan orang Tondano melahirkan masyarakat yang dikenal saat ini dengan julukan orang JATON. Kini mereka mendiami kampung Jawa Tondano (kini kelurahan) dan diluar kampung dan menyebar ke seluruh pelosok Indonesia. Penduduk kampung Jaton ini dikenal masyarakat yang memiliki toleransi yang tinggi dalam pergaualan dengan masyarakat di desa tetangga.

Tradisi Pungguan tahun ini berbarengan dengan peringatan hari ulang tahun kampung Jawa Tondano ke 189.Ridwan Nurhamidin melaporkan lewat kumparan.com, lokasi pemakaman Kiay Modjo nampak ramai di datangi waarga yang ingin melaksanakan Pungguan. Para peziarah tidak hanya warga Jaton di Tondano namun juga warga Jaton yang berada di luar Tondano dan sengaja datang berziarah ke makam leuhur. Tradisi Pungguaan ini merupakan bentuk penghormatan masyarakat kepada leluhur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline