Lihat ke Halaman Asli

Johani Sutardi

Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Untuk Meredakan Dendam Kesumat yang Membelenggu, Ada Baiknya Kita Belajar Budaya Memaafkan ala Rakyat Vietnam

Diperbarui: 7 Maret 2021   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tangal 4 April 2019, pukul 09.12 waktu setempat, aku terlambat berkumpul dengan group di luar bandara Noi Bai, Hanoi pagi itu. Ini karena Adena -si anak bonus, merengek minta coklat. Terpaksa aku mampir dulu di toko sovenir tak jauh dari pintu keluar. Belanja di bandara Hanoi menggunakan kartu kredit bagi orang asing sepertiku rupanya tidak mudah. Toko meminta passport juga boarding pass, sehingga membeli sekeping kecil coklat yang hanya USD 9 saja butuh waktu lama untuk menunggu. Kawan-kawan yang tak sabar ingin segera menikmati makan siang yang lezat sambil naik perahu di Ha Long Bay menjadi berisik di WAG. Berkah tersembunyi rupanya,  karena dengan demikian kami dijemput langsung oleh pemandu tour di ambang pintu.

"Panggil saya Pak Djung! Saya orang Vietnam berbahasa Indonesia" laki-laki tua berkacamata dan berjaket katun hitam menyapa kami.

Aku mengangguk. Ia menjulurkan tangan kanan, tangan kirinya diangkat tinggi sambil memegang bendera kecil, bendera orange bertuliskan logo perusahaan agen tour.

Ia Nguyen Tien Dung (64) secara formal masih aktif sebagai militer tetapi karena situasi sudah terbilang aman dan usia mulai lanjut aktivitasnya mulai berkurang. Ia hidup berdua bersama istri yang dicintainya karena semua anaknya sudah berumah tangga, cucunya saja bahkan sudah kuliah. Untuk mengisi hari-harinya yang terasa mulai suntuk, berbekal kemampuan bahasa Indonesia dan hoby berkelakar, Pak Djung pun menjadi pemandu wisata.

"Selamat datang di Hanoi, ibu kota Vietnam. Tapi ini untuk besok, pagi ini kita 3 jam menuju Ha Long untuk menikmati keindahan alamnya."

Ia mulai bekerja untuk kami di atas bis yang mulai bergerak meninggalkan bandara NOI. Alih-alih menjelaskan tentang obyek wisata yang akan dikunjungi ia lebih banyak bercerita tentang kehidupan sosial warga Vietnam. Negeri yang dalam sejarahnya pernah tak henti dilanda perang yang membuat Vietnam tertinggal dalam segala hal.

Sejak jaman kekaisaran, China ingin merebut Vietnam menjadi bagian dari wilayah kekuasaannya. Warga vietnam  melawan hegemoni China tersebut dengan berperang hingga ribuan tahun  yang berakhir dengan hadirnya Perancis yang kemudian ratusan tahun menjajah Vietnam. Sialnya sejak merdeka tahun 1945, Perancis datang lagi ke Vietnam dengan melakukan agresi militer. Vietnam pun melawan dengan mengangkat senjata sampai tahun 1954. Yang paling tragis adalah perang melawan Amerika juga dengan negara tetangganya Kamboja.

Perang melawan Amerika ini adalah perang yang tidak masuk akal bagi bangsa Vietnam. Ini perang perseteruan imperialis Amerika melawan kubu sosialis gabungan antara China dan Unisoviet tetapi melibatkan bangsa Vietnam. Perang yang paling banyak menelan korban.

Setelah perang berakhir dengan mediasi Perancis ayah angkatnya selama beratus tahun, perang menyisakan banyak kisah pilu. Tak ada keluarga yang tidak kehilangan anggota keluarganya akibat perang. Paling tidak satu orang gugur dan terbanyak 12 orang. Begitu juga tentara Unisoviet, China dan tentu saja militer Amerika. Tak kurang dari 4 juta "indo" lahir di Vietnam sebagai ekses perang selama 21 tahun melawan Amerika. Pemerintah Vietnam mengambil kebijakan untuk mengirim semua "indo" itu ke Amerika tetapi tidak untuk semua ibu-ibunya Vietnam yang  telah mengandungnya. Akibatnya terdapat jutaan janda tanpa menikah ini menjadi merana. Tragis.

Tak hanya banyak jatuh korban jiwa, perang di Vietnam pun menyisakan jutaan janda. Sisa penduduk pasca perang di penghujung tahun 80-an hanya tinggal 40 jutaan saja, nyaris menjadi bangsa yang punah. Akhirnya pemerintah Vietnam mengambil kebijakan yang unik. Kebijakan yang hanya ada di Vietnam, mungkin tak terpikirkan oleh semua pemimpin negeri di mana pun, kapan pun. Janda-janda boleh kawin tanpa harus menikah. Saat ini penduduk Vietnam tidak kurang dari 95 juta. Fantastis!

Bayi yang lahir dari perkawinan tanpa menikah resmi tersebut disusui dan dipelihara oleh negara sampai usia 18 tahun. Sedangkan kepada musuh perang pemerintah meminta warganya untuk menghapus luka lama dan memandang masa depan yang lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline