Lihat ke Halaman Asli

Peran Mahasiswa Mencermati Permasalahan Lingkungan

Diperbarui: 19 Oktober 2015   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini sering kita mendengar dari berbagai media mengenai permasalahan lingkungan yang tak kunjung usai. Mulai dari pembakaran lahan gambut yang dilakukan oleh sekelompok oknum yang memihak kepada para pengusaha kelapa sawit (CPO) di Riau, pembalakan liar tak terkendali di pedalaman hutan tropik Kalimantan, para petani di Jawa Barat yang melakukan sistem perladangan berpindah, hingga peralihan lahan hijau menjadi permukiman di berbagai daerah. Permasalahan tersebut tak hanya lewat sebagai berita begitu saja. Sudah banyak pihak yang berusaha untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Selain dengan melakukan aksi nyata di lapangan, protes ke pihak pemegang kekuasaan juga dijadikan sebagai salah satu solusi menuntaskan masalah. Sayangnya, acapkali protes yang dilakukan oleh pengamat, aktivis, dan simpatisan lingkungan tersebut hanya menjadi angin lalu di mata para birokrat pemerintahan Indonesia yang kini carut-marut.

Ditinjau dari ensiklopedia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), serta UU No. 23 Tahun 1997, dijelaskan bahwa Lingkungan Hidup merupakan kesatuan unsur-unsur di sekitar tempat tinggal yang mempengaruhi manusia dan makhluk hidup lainnya. Sedangkan lingkup lingkungan hidup Indonesia berarti segala pemenuhan aspek kehidupan manusia dengan wawasan Nusantara yang berdaulat, memiliki kedaulatan, serta yurisdiktif.

Mahasiswa sebagai bagian dari roda perputaran generasi bangsa patut ikut andil dalam peralihan dan pengawasan terhadap penerapan kebijakan. Seperti pada pepatah yang dituturkan oleh Bapak Bangsa Indonesia, Ir. Soekarno, “Beri aku 1000 orangtua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kugoncangkan dunia,” yang menandakan bahwa peran pemuda terutama mahasiswa sangatlah berpengaruh terhadap gejolak sosial masyarakat. Mahasiswa tak hanya dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, namun juga dapat mempengaruhi keadaan yang tengah berlangsung.

Mari kita tinjau persitiwa 17 tahun lalu ketika Reformasi diteriakkan. Saat itu pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto dipenuhi oleh kejahatan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dari koalisi partai beringin, juga runtuhnya ekonomi Nasional karena krisis ekonomi Asia yang berakibatnya lemahnya nilai kurs rupiah terhadap dollar. Mahasiswa adalah pelopor pergerakan reformasi yang pertama bertindak. Dimulai dari Universitas Indonesia, dan berlanjut ke kampus-kampus lainnya. Berbeda-beda warna, namun bergerak dalam satu tujuan yang sama, membersihkan pemerintahan orde baru dan memulai transisi orde reformasi.

Begitu pula dengan yang terjadi di tahun-tahun berikutnya, ketika isu lingkungan seperti pencemaran lingkungan merebak, mahasiswa paling cepat bergerak. Mahasiswa yang didominasi oleh golongan menengah memiliki solidaritas yang kuat dan rasa empati yang tinggi. Tidak hanya sekedar melakukan orasi di jalanan, atau hanya mengekspresikan protes belaka. Para mahasiswa jangan diidentikkan dengan orang-orang yang melakukan demonstrasi di jalanan, membakar ban bekas, hingga bertaruh nyawa melempari kerikil ke arah petugas keamanan. Lihatlah dari sisi lain, sisi positifnya. Kita coba ketikkan kata kunci “Protes Mahasiswa Lingkungan” di mesin pencari internet, akan ada ratusan ribu hasil peliputan media massa mengenai aksi mahasiswa yang menolak perubahan dipandang dari sisi negatif. Sedangkan aksi mahasiswa simpatisan terhadap masalah tertentu; seperti membagikan pita HIV/AIDS dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya seks bebas dalam sisi kesehatan dan agama, rupanya tidak terekspos secara luas.

Sebagai mahasiswa Indonesia, selain mengenyam pendidikan tinggi, juga turut memperhatikan realita lingkungan sosial yang tengah berkembang di sekitar. Tak perlu yang jauh dari jangkauan, memperhatikan dan peduli dengan isu lingkungan sekitar dan mengambil tindakan yang tepat sudah membuktikan bahwa mahasiswa mampu untuk membedakan benar-salah, sekaligus memperbaiki citra aksi mahasiswa di mata masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga jangan mudah terpicu aksi kekerasan dan perlu melakukan klarifikasi atas masalah yang ada.

Mahasiswa adalah salah satu cerminan bangsa, orang berkarakter, yang mampu mengangkat derajat bangsa, menyejahterakan bangsa, serta mendidik dan mengawal bangsa ke masa depan yang gemilang.

== GET LOST with JUNO ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline