Lihat ke Halaman Asli

Sungai Citarum, Sungai Paling Kotor di Dunia Part 2

Diperbarui: 29 Agustus 2016   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setelah awal pengenalan dengan sampah sampah yang ada di sungai citarum yang telah di perkenalkan oleh Johanes Chandra Ekajaya sebelumnya di Sungai Citarum, Sungai Paling Kotor di Dunia part 1, kali ini untuk bagian ke duanya sendiri, Johanes Chandra Ekajaya akan membahas mengenai salah satu sungai yang paling mengerikan ini dari bahan bahan kimia apa saja yang sebenarnya ada di sungai tersebut, selain itu apa saja dampak yang dapat di berikan oleh sungai tersebut, bagi setiap orang yang menggunakannya akan menerima penyakit apa saja? Johanes Chandra Ekajaya terlah merekrut salah satu dokter yang ada dari gabungan para peneliti yang ada di Universitas Padjajaran untuk berasama-sama meneliti mengenai kandungan apa saja yang terdapat di sungai tersebut. Memang mungkin sebelumnya sudah banyak yang meminta hal ini untuk di angkat dan di teliti, namun sebagai kepedulian lagi, maka Johanes Chandra Ekajaya akan terus menyuarakan hal ini agar pemerintah tidak lupa dan tetap peduli dengan warga-warganya.

Dr. Soenardi sendiri telah mengambil sample dari sungai sungai tersebut, termasuk dari limbah yang paling mengerikan sendiri yang mana air tersebut berwarna hitam pekat, selain itu juga ada dari anak sungai yang mana air tersebut berwarna merah, dan tentu dari sumur sendiri yang memang menurut Johanes Chandra Ekajaya air tersebut sekilas terlihat lebih bersih di bandingkan dengna yang berada di sungai, namun kita lihat saja nanti, apakah akan sama dengan yang di lihat oleh Johanes Chandra Ekajaya atau hanya itu sebuah pandangan semu belaka.

Hasil dari laboratorium sendiri, yang telah di berikan oleh Dr. Soenardi kepada saya mengungkapkan kalau sungai tersebut telah mengandung logam berat. Dr tersebut juga mengatakan kalau logam berat tersebut sendiri sebenarnya tidak dapat diuraikan dengan cara perebusan. Jadi meskipun para pengguna air tersebbut telah merebus air yang ada di sumur mereka untuk dapat membunuh kuman kuman yang hidup, meeskipun itu dapat mereka lakukan, namun logam berat yang ada di kandungan air tersebut tidak dapat hilang begitu saja. Resiko resiko resiko dari penggunaan air tersebut sebagai sebuah air yang di gunakan untuk kehidupan sehari hari akan berisiko menerima penyakit kanker, selain itu juga pertumbuhan yang sangat lamban dan juga keterbelakangan mental dan itu sangat mungkin terjadi pada anak anak kecil yang tidak memiliki perlindungan tubuh yang lebih kuat daripada orang dewasa.

Johanes Chandra Ekajaya sendiri telah meminta kepada pemerintah setempat untuk segera mengambil tindakan kepada hal ini karena ini memanglah sangat berbahaya bagi siapa pun yang ada di sekitaran sungai tersebut. Seperti saja seorang anak kecil yang bernama Sania dimana ia harus menderita penyakit kulit yang sangat berbahaya dan tentu harus segera di cegah agar mendapatkan pertolongan dan hal itu tidak terjadi lagi. Meskipun demikian, ternyata pemerintah sendiri sudah melakukan upaya agar usaha tersebut dapat berhasil. Namun pada kenyataannya tidak ada perubahan besar yang dilakukan oleh pemerintah akan hal ini. Bahkan pemerintah saja justru bedelit mengatakan kalau kita sendiri tidak dapat melakukan hal ini dalam satu malam. Padahal sudah sangat jelas sekali terlihat kalau pemerintah tersebut memang sudah melakukan tindakan yang merugikan banyak orang dengan tidak melakukan hal apa pun tadi, atau melakukan hal yang sangat lambat tadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline