Primordialisme didefinisikan sebagai suatu sikap berpegang teguh pada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri individu, dengan kata lain, ikatan-ikatan ini sudah ada sejak lahir.
Baca juga: Paham Primordialisme, Membahayakan Organisasi dan Bangsa
Hal ini mencakup suku bangsa, ras dan agama. Lalu, alasan mengapa paham primordialisme dapat terjadi dalam masyarakat Indonesia tidak dapat dilepaskan dari fakta bahwa Indonesia adalah negara yang beragam.
Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 700 suku dan 1.100 bahasa. Dari sini dapat diketahui bahwa masyarakat Indonesia memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mereka memegang ikatan yang berbeda-beda. Lebih lagi, sebagian besar masyarakat Indonesia masih tinggal dalam masyarakat yang bersifat homogen (seragam), setidaknya hingga mereka dewasa.
Data ini diungkapkan oleh Direktur Perkotaan dan Pedesaan, di mana 56% masyarakat Indonesia masih tinggal di desa. Barulah dari sana, mereka merantau untuk memperbaiki taraf kehidupan.
Baca juga: Proyek Primordialisme dalam Kelola Beasiswa
Hal ini menunjukkan bahwa mereka menghabiskan sebagian waktu mereka dengan orang-orang dengan latar belakang yang sama, sehingga timbul rasa nyaman dan percaya terhadap orang dengan latar belakang yang sama tersebut.
Hal ini tidak melulu terjadi akibat berdiamnya seseorang dengan masyarakat yang homogen dan sama dengan dia, melainkan juga dapat berasal dari kenyamanan dengan keluarga atau teman-teman yang memiliki latar belakang yang sama.
Saat hal ini dibawa dalam masyarakat majemuk, merupakan suatu hal yang wajar jika paham primordialisme terjadi. Dalam masyarakat majemuk, terjadi konfrontasi antara latar belakang yang berbeda-beda, sehingga timbul pula rasa tidak aman dan kemungkinan ancaman terhadap identitas mereka.
Baca juga: Melampaui Primordialisme
Alhasil, mereka cenderung akan mempercayai orang-orang dengan latar belakang ikatan yang sama, termasuk dalam ranah pekerjaan dan ranah-ranah lain yang seharusnya bersifat profesional.