Lihat ke Halaman Asli

Lewat Cerita

Content Creator

Membangun Minat Baca Masyarakat

Diperbarui: 15 Agustus 2023   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: UNNES Giat 5 Pasangsari

Buku adalah jendela dunia. Kata-kata tersebut sudah sering terdengar di sejak masa sekolah. Namun, fakta berkata lain. Minat baca masyarakat Indonesia merupakan yang terendah di dunia. Survei yang dilakukan UNESCO menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61 negara di dunia dengan tingkat literasi sebesar 0,001%. Artinya, hanya ada 1 orang dari 1000 orang yang ada di Indonesia gemar membaca.

Faktor utama dari rendahnya minat baca di Indonesia adalah budaya membaca sejak dini yang masih rendah. Hal ini merupakan ironi mengingat anak-anak, terutama yang masih mengenyam pendidikan, seharusnya dekat dengan buku di sekolah. Rendahnya minat baca Indonesia dibarengi dengan meningkatnya penggunaan handphone pada anak usia dini. Survei Sosial Ekonomi Nasional menunjukan bahwa 33,44% anak usia dini yang berumur 0-6 tahun di Indonesia sudah menggunakan HP dan 24% diantaranya sudah mengakses internet. Budaya menggunakan handphone pada anak-anak lebih meningkat dibandingkan budaya membaca.

Oleh karena itu, mahasiswa KKN UNNES Giat 5 Desa Pasangsari berinisiatif untuk membangun perpustakaan. Sejauh ini, Desa Pasangsari sudah memiliki perpustakaan yang terletak di Bumdes, tetapi belum maksimal. Baik aksesnya maupun pengelolaannya, perpustakaan desa masih perlu dikembangkan lagi untuk menarik minat pembaca. Akses perpustakaan ini masih belum baik dikarenakan letaknya berada di Bumdes yang hanya buka pada jam kerja saja. Pengelolaan perpustakaan ini juga masih bisa dimaksimalkan agar masyarakat, khususnya anak-anak tertarik berada di perpustakaan.

Mahasiswa UNNES Giat 5 Desa Pasangsari mengubah bangunan paud terbengkalai menjadi perpustakaan desa yang mudah di akses. Sumber dana untuk mengisi perpustakaan berasal dari donasi yang bisa diberikan dalam bentuk uang dan buku untuk mengisi perpustakaan tersebut. Selain itu, rak perpustakaan juga dipersiapkan untuk menunjang kerapian perpustakaan. Namun, perpustakaan bukan hanya sekedar bangunan berisi buku yang ditata dengan rapi. Perlu adanya pembaca agar menjadi perpustakaan yang berguna. Masalahnya adalah minat baca anak-anak yang masih kurang. Anak-anak lebih gemar bermain game di handphone daripada memegang dan membaca buku.

Untuk menghidupkan perpustakaan, mahasiswa KKN Desa Pasangsari mengadakan kegiatan belajar dan mengajar bersama di perpustakaan yang dibangun. Hal ini akan membuat anak-anak bisa lebih tertarik dengan perpustakaan dan melihat-lihat buku sambil belajar bersama. Disisi lain, perpustakaan juga dihiasi dengan kolase dan infografis menarik yang dipenuhi oleh gambar. Selain itu, perpustakaan juga dibuat memiliki tempat sampah dengan bentuk dan warna yang menarik. Budaya membuang sampah pada tempatnya belum dibiasakan sejak kecil, sehingga mahasiswa UNNES Giat Desa Pasangsari berinisiatif membuat tempat sampah dengan bentuk menarik diperpustakaan. Anak-anak akan menjadi lebih tertarik untuk membuang sampah pada tempatnya.

Kenyamanan ini akan membuat anak-anak betah dan ingin tahu dengan perpustakaan desa. Alhasil, minat baca anak-anak di Desa Pasangsari akan meningkat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline