Masyarakat bisa membuat kita merasa malu karena menyerah, tapi terkadang berhenti adalah jalan yang tepat untuk diambil.
Ketika saudara-saudara Jenny Rowe memanggil dia "pemberhenti" sebagai seorang remaja, itu membuat dia gugup. Dia baru saja berhenti bermain biola setelah hampir 10 tahun belajar dan merasa bersalah karena membuang-buang waktu dan uang orangtuanya.
Meski benar, dia membantah keras tuduhan itu. Tidak ada yang ingin menjadi seorang pemberhenti. Pada saat itu rasanya seperti tuduhan bahwa dia telah berhenti karena kalah (throw the towel in) tanpa berusaha dengan benar. Sejak itu, setidaknya di matanya, apa artinya "berhenti" telah didefinisikan ulang. Dulu dia melihat berhenti sebagai sebuah kegagalan. Sekarang dia melihat sisi lain dari koin dan menganggap "berhenti" yang lebih baru sebagai keberhasilan dalam sifatnya yang khusus.
Pelajaran Hidup
Saat Rowe tumbuh dewasa, pesan bahwa "pemenang tidak pernah berhenti dan yang pemberhenti tidak pernah menang" sangat keras dan jelas. Naratif membentur titik terendah, hanya untuk naik kembali ke atas dengan tekad baru, sering dirayakan di media, dengan para komentator olahraga yang menikmati semangat juang itu.
Namun hidup bukanlah pertandingan sepak bola, tidak ada pemenang atau pecundang, dan mendorong diri Anda sendiri melewati "kalah" terkadang lebih berbahaya daripada baik.
Sayangnya, stigma negatif seputar berhenti, yang membuat kita merasa seperti sedang lesu, menjadi beban besar bagi kita. Pendiri dan direktur Mariposa Coaching (mariposacoaching.co.uk), Sarah Clark, mengkhususkan diri dalam menggunakan pendekatan psikologis untuk membantu para kliennya mengadakan perubahan, bekerja untuk menangkap bayangan jahat dari stigma ini selama sesi mereka.
Garis pertahanan pertama Sarah terletak pada nama perusahaannya. Kata "mariposa" berarti kupu-kupu dalam bahasa Spanyol, melambangkan universalitas dan sifat transformatif perubahan.
"Media dan sikap serta harapan orang-orang di sekitar kita, yang semuanya akan memiliki pengaruh generasional yang berbeda, berkontribusi pada faktor-faktor lain seperti status yang mungkin berperan dalam perubahan karir," jelas Sarah, "Mungkin ada hambatan fisik yang juga menjadi penyebab berhenti, sama seperti implikasi keuangan karena menjadi wiraswasta atau kehilangan gaji atau pensiun yang lebih besar."
Semua ini membuat Anda mengemas prospek berhenti ke dalam sebuah kotak dan mendorongnya dengan malu ke belakang pikiran Anda. Namun dalam banyak kasus, berhenti harus dikagumi.
Menyadari bahwa sesuatu, entah itu pekerjaan, hobi, atau hubungan ke mana Anda telah menginvestasikan waktu, uang, dan bahkan identitas Anda tidak lagi membutuhkan keberanian yang besar.